Data ini menunjukkan bahwa anak perempuan sering secara sistematis dikeluarkan dari lembaga pendidikan dalam banyak hal termasuk kasta dan agama. Hal ini menjadi sebuah fakta yang jarang diakui atau didiskusikan.
Dalam sebuah laporan, seorang gadis Karnataka, Aliya Asadi (17 tahun) merupakan peraih medali emas karate negara bagian Karnataka, bahkan bisa merasakan kompetisi tingkat nasional lima tahun yang lalu. Dia merupakan satu-satunya kontestan muslimah dengan hijab. Tapi saat ini, Aliya sekarang susah tidur dan sering menangis.
Jilbab memiliki peran yang lebih rumit dalam kehidupan wanita muslimah dari sekedar sebagai penanda agama. Wawancara dengan wanita dan gadis Muslim di berbagai tempat mengungkapkan bahwa alasan mereka mengenakan jilbab sangat berbeda. Kadang-kadang ini adalah hasil dari pengkondisian sosial-budaya-agama tradisional yang dipaksakan oleh keluarga dan komunitas lokal.
Tetapi seringkali juga melibatkan banyak alasan lain: misalnya, pemakaian jilbab terbukti meningkat setelah banyaknya kasus kekerasan komunal. Jilbab dianggap baik sebagai alat pelindung dan seperti yang disebutkan beberapa remaja putri, suatu bentuk perlawanan yang dalam menghadapi permusuhan menjadi cara untuk menegaskan dan memperlihatkan identitas komunitas mereka.
Perlu dipahami bahwa banyak perempuan muda melihat hijab sebagai sesuatu yang memungkinkan dan secara sadar menggunakannya secara strategis sebagai alat untuk memudahkan akses mereka ke publik. Seperti untuk belajar, bekerja, bepergian dan bahkan mencari kesenangan.