IHRAM.CO.ID, TEL AVIV -- Otoritas pendudukan Israel mencegah Ukraina membeli spyware buatan perusahaan di negaranya demi menghindari kemarahan sekutu Rusia. Laporan ini diungkapkan The Guardian dan The Washington Post.
Israel diduga memblokir penjualan alat peretas canggih NSO Group Pegasus ke Ukraina, yang menurut sumber telah meminta lisensi untuk menggunakan alat tersebut sejak 2019. Informasi ini didapat dalam penyelidikan bersama oleh media-media tersebut.
"Keputusan kebijakan mengenai kontrol ekspor mempertimbangkan keamanan dan pertimbangan strategis, yang mencakup kepatuhan terhadap pengaturan internasional," kata kementerian pertahanan Israel kepada surat kabar, dilansir dari The New Arab, Kamis (24/3/2022).
"Israel menyetujui ekspor produk siber secara eksklusif ke entitas pemerintah, untuk penggunaan yang sah, dan hanya untuk tujuan mencegah dan menyelidiki kejahatan dan kontra-terorisme," tambahnya.
Seorang pejabat senior intelijen Ukraina dilaporkan dibiarkan 'bingung setelah penolakan Israel untuk menjual Pegasus. Spyware ini mampu menyalakan kamera ponsel atau mikrofon target dan mengambil datanya.
Sumber lain yang dekat dengan masalah ini mengatakan penyelidikan bahwa Israel khawatir langkah itu dapat ditafsirkan sebagai tindakan agresi terhadap dinas intelijen Moskow. Sumber juga mengungkapkan penyelidikan bahwa NSO menolak mengizinkan musuh Rusia, Estonia, menggunakan Pegasus terhadap target Rusia pada Agustus 2019.
Teknologi NSO telah digunakan untuk menargetkan para aktivis dan pembangkang di seluruh dunia. Spyware ini diyakini telah dijual ke Arab Saudi dan UEA untuk tujuan ini. Kedua negara telah membantah tuduhan tersebut.
Laporan The Guardian dan The Washington Post tentang NSO muncul di tengah upaya lanjutan oleh Kyiv untuk menopang dukungan internasional melawan invasi Rusia. Ahad lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Israel meninggalkan upayanya untuk mempertahankan netralitas dengan mengatakan sekarang waktunya bagi Israel untuk membuat pilihan.