IHRAM.CO.ID, KUWAIT -- Kuwait memiliki tradisi Ramadhan unik yang telah dijalankan. Transformasi cepat Kuwait, yang awalnya merupakan daerah terpencil dengan pendapatan dari memancing dan menyelam mutiara menjadi negara modern yang makmur, juga mengubah banyak tradisi lokal.
Bahkan, hal ini menyebabkan beberapa di antaranya jadi menghilang dan terlupakan. Kegiatan Daq al-harees (menghancurkan gandum) adalah tradisi pra-Ramadhan di Kuwait kuno. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh sebuah keluarga yang membeli gandum dalam jumlah besar, yang dihancurkan oleh beberapa wanita terampil disertai dengan nyanyian rakyat. Namun sayangnya, kebiasaan itu sekarang telah berkurang.
Salah satu penabuh genderang sahur, Abu Tubailah, kini tidak lagi berkeliling di jalan-jalan sekitar lingkungannya. Ia telah pensiun menjadi tokoh budaya. Tak hanya itu, saat ini orang-orang lebih suka menghabiskan waktu menonton tayangan TV atau pergi ke pusat perbelanjaan usai buka puasa, dibandingkan tinggal di rumah bersama keluarga.
Meski demikian, beberapa tradisi Ramadhan di Kuwait tetap bertahan dari waktu ke waktu, bahkan terus berkembang untuk mencerminkan perubahan perkembangan sosial, keuangan dan keluarga. Setelah dua tahun vakum karena penyebaran Covid-19, mereka akan kembali lagi tahun ini.
Dilansir di Kuwait Times, Jumat (1/4/2022), salah satu tradisi yang masih berjaya adalah Graish, yaitu pesta tradisional pra-Ramadhan ketika anggota keluarga dan bahkan tetangga berkumpul sebelum awal bulan puasa. Di masa lalu, para wanita di rumah akan mengosongkan lemari makanan dari bahan yang biasanya tidak dimakan di bulan Ramadhan, serta keluarga besar akan berkumpul untuk mengambil bagian dalam potluck.
Di momen-momen seperti ini, makanan biasanya dipesan dari restoran dan pertemuannya lebih kecil. Meski tidak semegah sebelumnya, tetapi tradisi itu terus berlanjut.