IHRAM.CO.ID, Rasulullah ﷺ telah memberi tahu tentang tiga hal yang jika ada pada diri seorang hamba maka akan mendapatkan manisnya iman (halawatul iman). Sebagaimana hadits:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Ada tiga hal, yang jika ini ada pada diri seseorang maka dia akan mendapatkan manisnya iman; Allah dan rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dan Tidaklah dia mencitai orang lain melainkan karena Allah, dan dia membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pertama, mencintai Allah dan RasulNya lebih dari apapun
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Ahmad Said Asrori menjelaskan bahwa orang yang mencintai Allah dan rasulNya lebih dari apapun maka akan mendapatkan manisnya iman. "Cinta kita, perhatian kita, nomor satu adalah Allah. Allah yang paling dicintai. Yang kedua adalah Rasulullah. Maka orang ini akan mendapatkan halaawatul iman," kata kiai Asrori dalam program ngaji Ramadhan yang disiarkan TV Nahdlatul Ulama pada Selasa (26/4/2022).
Kedua, mencintai orang lain karena Allah
Kiai Asrori menjelaskan ketika seseorang hamba mencintai orang lain maka harus didasari karena cinta kepada Allah bukan karena didasari agar memperoleh materi dunia seperti untuk mendapatkan harta kekayaan, pangkat, status sosial dan lainnya.
Maka ketika seseorang dapat mencintai orang lainnya karena Allah, ia akan memberikan penuh pada orang yang dicintainya, menjaganya dan mengingatkannya sehingga tidak melanggar aturan-aturan Allah yang dapat menyengsarakan.
Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah akan senantiasa memberikan nasihat, mengajak orang yang dicintainya pada kebenaran dan melarang perbuatan yang dapat membinasakan diri.
Ketiga, benci kembali pada kekufuran
Orang yang akan mendapatkan manisnya iman tidak ingin kembali pada kekufuran sebagaimana ia tak senang masuk ke dalam bara api. Sehingga menurut kiai Asrori orang tersebut akan betul-betul menjauhi perkara-perkara yang menyebabkan kekufuran.