Ramadhan di bawah bom
Muslim Ukraina dari semua latar belakang menyaksikan gangguan pada kehidupan mereka sebelum Ramadhan 2022.
Lisa, yang memeluk Islam sebagai orang dewasa, berbicara kepada The New Arab tentang pengalamannya Ramadhan di Ukraina selama perang. Ketika ditanya tentang kesulitan yang dia hadapi, perhatian pertama dan paling mendesaknya bukan untuk dirinya sendiri, tetapi tentang Muslim Ukraina di garis depan dan kesulitan yang mereka hadapi, berpuasa sambil mempertahankan tanah air mereka.
Dia melarikan diri dari ibukota Kyiv, di mana ada komunitas Muslim, ke sebuah kota kecil di pedesaan Ukraina di sebelah barat bersama anak-anaknya. Di sana dia memperingati Ramadhan dan Idul Fitri di sebuah kota di mana hampir tidak ada Muslim lainnya.
“Sebagian besar orang di sini tidak memahami tradisi yang terkait dengan keyakinan saya,” katanya dilansir dari Alaraby, Kamis (5/5).
Perang membuatnya lupa akan kapan awal Ramadhan dimulai. Ia hanya mendengar berita buruk yang datang dari hari ke hari. “Bu saya mengingatkan saya bahwa Ramadhan dimulai dalam dua hari. Saya tidak berpikir dua kali apakah saya harus berpuasa atau tidak,” Aishe, yang merupakan keturunan Tatar Krimea, dan melarikan diri ke Belanda.
Terlepas dari keadaan itu, dia bertekad untuk berpuasa, meskipun berat badannya turun menjadi 45 kg saat mengungsi di Ukraina. Sebelum Ramadhan, dia menjadi sukarelawan di pusat pengungsi, tetapi merasa bersalah karena pergi ke sana hanya tiga kali selama bulan suci.