IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ada tingkatan dzikir yang dijelaskan para ulama. Dikutip dari buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, berikut tiga kategori dzikir:
Pertama, dzikir dengan hati dan lisan.
Ini adalah kategori dzikir yang paling baik. Di mana seseorang membaca tasbih dengan lisan, sementara hatinya merenungkan makna tasbih itu. Beristighfar dengan lisan, sementara hatinya merenungkan maknanya. Seseorang membaca shalawat kepada Rasulullah ﷺ, sementara makna shalawat tersebut hidup di dalam hatinya. Inilah dzikir yang tertingggi derajatnya.
Kedua, dzikir dengan hati tanpa lisan.
Sebagian orang ada yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hatinya, namun ia tidak menggerakkan lisannya. Ini adalah dzikir dengan derajat nomor dua.
Ketiga, dzikir dengan lisan tanpa hati
Seseorang yang berdzikir dengan cara seperti ini tetap mendapatkan pahala. Sebagai dasar atas pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang shahih. Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
أَنَا مَعَ عَبْدِي مَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ
“Aku senantiasa bersama hamba-Ku selama ia mau berdzikir kepada-Ku dan menggerakkan kedua bibirnya.” (HR Bukhari, Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Dasar yang lain adalah perkataan beliau terhadap Abdullah bin Basar sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Hendaknya lisanmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah." (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa dzikir yang dilakukan dengan lisan saja tetap mendapat pahala.