IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Pada zaman ini, jamaah haji Indonesia sudah bisa berangkat ke Tanah Suci Makkah dengan menggunakan pesawat dan dapat ditempuh hanya sembilan jam. Berbeda dengan zaman dulu, di mana jamaah haji masih menggunakan kapal uap, yang butuh waktu berbulan-bulan untuk sampai ke Makkah.
Pada 1928 sampai menjelang kemerdekaan, keberangkatan haji masih menggunakan sarana transportasi kapal uap, kapal yang digerakkan dengan tenaga uap yang menggerakkan baling-baling ataupun roda kayu.
Rombongan jamaah Indonesia yang pertama kali diberangkatkan ke Arab saudi berjumlah hampir 10 ribu jamaah. Kejadian ini tercatat antara tahun 1949-1950.
Selewat tahun 1950-an, kapal uap itu kemudian berganti menjadi kapal diesel. Dari segi kecepatan, kapal ini lebih cepat dibandingkan kapal uap. Kecepatannya dapat mencapai 10 knot.
Karena itu, lama perjalanan yang ditempuh jamaah haji sedikit lebih cepat, memakan sekitar waktu dua bulan. Ditambah dengan lamanya ibadah haji itu sendiri, maka para jamaah haji menghabiskan waktu perjalanan setidaknya tiga bulan.
Dikutip dari buku “Rahasia Bugar Sehat Saat Berhaji dan Umrah” karya Syarief Hasan Lutfie dan Ary Ginanjar Agustian, titik keberangkan saat itu masih terletak di Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Saat itu, terhitung puluhan hingga ratusan jamaah haji yang meninggal di perjalanan.
“Bila memungkinkan jenazahnya akan terus dibawa ikut berlayar ke Indonesia. Jika tidak, sama seperti kalanya di masa lampau, jenazah dengan berat hati harus dikubur di dasar laut.”
Pada 1978, barulah jamaah haji Indonesia diberangkatkan menggunakan pesawat terbang. Dengan sarana ini, perjalanan jamaah haji pun menjadi lebih nyaman dan cepat. Namun, karena ibadah haji merupakan ibadah yang melibatkan fisik, tetap saja membutuhkan ketahanan fisik yang bagus.