IHRAM.CO.ID,MADINAH—Tenaga kesehatan haji (TKH) kelompok terbang (kloter) diminta memantau jamaah risiko tinggi (risti). Permintaan ini disampaikan Koordinator Promosi Kesehatan dr Edi Supriyatna, menyusul kematian pada jamaah haji asal Padang yang diprediksi karena kelelahan.
Edi mengatakan, sistem komputerisasi kesehatan (Siskohatkes) telah menentukan 30 jamaah haji risti di setiap kloter harus dipantau terus kesehatannya secara ketat.
“Pantau ketat 30 jamaah haji risti,” kata Koordinator Promosi Kesehatan dr Edi Supriyatna, saat rapat dengan TKH kloter di KKHI Madinah, Sabtu (11/6/2022) sore waktu setempat.
Edi menjelaskan, teknis pemantauan jamaah haji risti secara ketat itu antara lain dengan membuat penanda atau labeling kepada jamaah haji risti di dalam perjalanan penerbangan, di kamar hotel dan di tenda-tenda Arafah dan Mina. Labeling ini untuk memudahkan pemantauan dan monitoring kondisi kesehatan jamaah haji risti.
“Teman-teman TKH buat penanda risti di tempat-tempat keberadaan jamaah haji,” katanya.
Edi mengatakan, pananda risti itu untuk jamaah bisa menggunakan pita, dan penanda kamar bisa diberi warna di pintu kamarnya. Hal ini tujuannya untuk memudahkan pengawasan dan bantuan dari jamaah lainnya.
“Jadi penanda ini harus diinfokan kepada semua jamaah agar paham dan bisa membantu ketika terjadi gangguan kesehatan kepada jamaah yang diberi tanda,” kata Edi.
Edi menyampaikan, untuk antisipasi kejadian-kejadian yang diakibatkan dari aktivitas fisik yang berlebihan atau kelelahan, maka diharapkan para TKH kloter membuat kesepakatan dengan perangkat kloter (karu dan karom) atau ketua KBIHU untuk menyesuaikan aktivitas fisik 30 jamaah haji dengan kondisi kesehatannya.
“Kesepakatan ini merupakan bukti kita telah melakukan upaya menyesuaikan aktivitas fisik dengan kondisi kesehatan jamaah haji risti,” katanya.