IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Cucu Nabi Muhammad ﷺ, al-Hasan dan al-Husain memiliki kebiasaan memelihara sholat tahajud. Keduanya senantia tekun beribadah.
Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, Al-Hasan dan al-Husain selalu memelihara shalat Tahajud. Sholat sunnah inilah yang menjadi bekal bagi orang-orang mukmin, kunci kemuliaan orang-orang bertakwa, dan buah dari keimanan kepada Allah. Kedua cucu Rasulullah itu ingin mengamalkan firman-Nya:
كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ. وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat ayat 17-18)
Al-Hasan mengerjakan qiyamul lail pada awal malam, sedangkan al-Husain melakukannya pada akhir malam (Az-Zuhd). Seperti itulah al-Hasan dan al-Husain saling bergantian dalam melakukan qiyamul lail. Hebatnya, al-Husain tak pernah meninggalkan giyamul lail hingga malam terakhir dalam kehidupannya. Tahukah Anda mengapa demikian? Karena qiyamul lail adalah kemuliaan bagi orang mukmin, seperti yang disampaikan Rasulullah :
شرف المؤمن قيام الليل وعِزه استغناؤه عن الناس
“Kemuliaan seorang mukmin digapai dengan melaksanakan qiyamul lail. Adapun kehormatannya diraih dengan tidak menginginkan milik orang lain.” (Shahihul Jami)
Saat pasukan Kufah siap menyerang, al-Husain meminta mereka menunda penyerangan sampai esok hari. Kepada mereka, ia berkata: “Agar malam ini kami bisa mengerjakan sholat (Tahajud) untuk Rabb kami, serta berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Dia tahu bahwa aku suka melaksanakan sholat untuk-Nya, membaca Kitab-Nya, dan memperbanyak doa serta permohonan ampun kepada-Nya.” (Tarikh ath-Thabari)
Sungguh, qiyamul lail merupakan bentuk syukur terbaik yang diwujudkan kedua cucu kesayangan Rasulullah ini. Dan hamba yang pandai bersyukur adalah hamba yang mampu memperlihatkan nikmat yang diterimanya, dan itu bisa terwakili oleh sikap merendahkan diri, merasa lemah, dan mengagungkan Sang Pemberi nikmat.