IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Hendaknya setiap orang tua sejak dini mengajarkan kepada anak-anak agar terbiasa berzikir kepada Allah. Pengurus Majelis Zawiyah ar Raudhah, ustaz Azka Fuadi Abdillah Akbar menjelaskan berzikir idealnya dilakukan setiap waktu. Sehingga setiap gerak dan diamnya seorang hamba yang beriman senantiasa diliputi dengan mengingat kepada Allah SWT.
Ustaz Fuadi mengatakan setiap setiap rutinitas yang dikerjakan seorang hamba sehari-hari sejatinya bisa menjadi zikir bila pekerjaan itu diawali dengan niat. Tetapi untuk mengajarkan zikir secara khusus terlebih kepada anggota keluarga dan anak-anak memerlukan tahapan-tahapan terlebih bila orang tua memiliki rutinitas pekerjaan yang padat.
Maka menurutnya untuk mengajarkan zikir kepada anak-anak, orang tua dapat memulainya dengan mengajak agar anak terbiasa dan istikamah melaksanakan sholat berjamaah. Sebab dengan melalui shalat, orang tua sejatinya mengajarkan keluarganya berzikir. Bila orang tua memiliki rutinitas yang padat pada siang hari, ustaz Azka menyarankan agar mengupayakan berjamaah subuh dengan anak-anak.
"Jadi orang tua yang mengajarkan dan mendidik keluarganya untuk menegakkannya (sholat), maka ia telah mengajarkan keluarganya berdzikir. Minimal mengajak keluarganya sholat Subuh berjamaah, karena setelah itu mereka akan bekerja dan di luar rumah," kata ustaz Azka kepada Republika,co.id pada Rabu (15/6).
Ustaz Azka mengatakan langkah selanjutnya yang dapat dilakukan orang tua adalah mengenalkan zikir-zikir ringan kepada anak-anaknya. Orang tua dapat membimbing anak membaca zikir-zikir singkat setelah melaksanakan sholat atau pada waktu-waktu tertentu.
"Setelah menegakan tiang agama yaini shalat dalam sebuah keluarga, orang tua dapat mengenalkan zikir-zikir ringan kepada anggota keluarganya, dan membiasakannya. Karena tubuh dan jiwa ibarat perangkat yang butuh istirahat sejenak untuk menambah daya yaitu dengan sholat dan zikir," kata ustaz Azka.
Ustaz Azka mengatakan faktor dasar yang dapat mendukung sebuah keluarga untuk terbiasa berdzikir adalah dengan mencontohkan dan mempratikan. Menurutnya orang tua dapat mengajak anak ke Majelis Zikir. Sebab menurutnya dengan berkumpul bersama orang-orang yang ingin berzikir akan membawa diri ikut berzikir. Berzikir secara berjamaah telah dilakoni oleh para ulama terdahulu. Sebagaimana Syaikh Ibrahim al Kurani dalam Nasyru zahri fi dzikri bil Jahri telah mendokumentasikan riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa para salafussalih pun berdzikir secara berjamaah.
Menurut usatz Azka zikir adalah simpanan daya dan kekuatan bagi seorang hamba. Sehingga orang yang berzikir tidak akan merasa kehilangan kekuatan, atau sendirian dalam menjalani hidup karena selalu selalu bersama dengan Allah. Lebih lanjut ustaz Azka mengatakan bagi seseorang yang belum mempunyai guru yang dapat membimbing dan mengajarkan untuk berzikir maka hendaknya memulai dengan zikir-zikir yang dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana dalam yang diriwayatkan dalam hadits-hadits nabi SAW. Selain itu menurutnya hendaknya seorang hamba juga memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Dengan cara tersebut menurut ustaz Azka Allah akan mempertemukan hamba tersebut dengan guru-guru yang dapat membimbingnya dan keluarganya menjadi orang-orang ahli zikir.
"Dan yang terpenting adalah ketersambungan silsilah sanad keilmuan dari seorang guru hingga kepada Rasulullah SAW. Hal tersebut untuk menjaga dari terjadinya penyimpangan dari pokok-pokok ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW," katanya.
Banyak majelis-majelis zikir yang dapat diikuti yang terkumpul dalam wadah “Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN)”. Misalnya saja Jatman Idaroh Ulyā bertempat di Pekalongan Jawa Tengah, dan Jatman Idaroh Wustho DKI Jakarta bertempat di Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Tebet.