Selasa 05 Jul 2022 09:44 WIB

Keramahtamahan Menyambut Jamaah Haji dari Zaman ke Zaman

Semangat melayani jamaah haji adalah untuk menyenangkan Allah.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi. Beberapa hari menjelang puncak haji suasana sholat berjamaah di Masjidil Haram di malam hari dipadati ratusan ribu jamaah. Keramahtamahan Menyambut Jamaah Haji dari Zaman ke Zaman
Foto:

Kedermawanan para penguasa Non-Arab

Pada 1324 M, seorang penguasa Muslim yang taat dari Mali bernama Mansa Musa berangkat haji pertamanya ke Makkah dengan 100 unta masing-masing sarat dengan 300 pon emas, makanan, dan pakaian. Ia disertai oleh 60 ribu orang termasuk pejabat, tentara, dokter, guru, dan pendongeng.

Mereka berjalan dari ibu kota Niani ke Timbuktu, melintasi Gurun Sahara dan Kairo sebelum mencapai Arabia, di mana dikatakan orang-orang berbaris di jalan-jalan untuk melihat sekilas rombongan Mansa Musa itu. Setelah menyelesaikan ziarahnya, Mansa Musa memberikan uang dan emas kepada penduduk Makkah dan Kairo, sedemikian banyak sehingga nilai emas di Timur Tengah turun drastis.

Perjalanan haji bersejarah lainnya adalah perjalanan Sikandar Begum, penguasa negara, pangeran bernama Bhopal di India yang mencapai Jeddah pada 23 Januari 1864. Bhopal menjadi penguasa pertama dari anak benua India yang melakukan haji.

Dia membuat buku harian terperinci yang menjelaskan semua yang dia lihat, rumah tujuh toko di Jeddah, pasar, dan bahkan rasa air payau di kota itu. Perjalanannya dari Jeddah ke Makkah bisa saja berakhir dengan malapetaka karena reputasi Begum sebagai penguasa yang kaya dan murah hati telah mendahuluinya, ditambah dengan kebiasaannya yang disesalkan membuang uang kertas dari keretanya.

Dia adalah salah satu penguasa pertama yang memperoleh tanah di Makkah dan Madinah dan membangun penginapan yang diwariskan sebagai sumbangan amal untuk kepentingan peziarah dari negaranya. Hingga kini bangunannya masih dimanfaatkan.

Para penguasa negara lainnya di India seperti Hyderabad, Arcot dan Tonk mengikutinya. Saat ini, hotel-hotel mewah dan megah telah tersedia banyak di Arab Saudi. 

Kerajaan juga selalu memperbaiki dan meningkatkan pelayanan haji, baik dari segi makanan, air, dan rute aman ke layanan kesehatan 24 jam dan pusat perbelanjaan, layanan elektronik, dan aplikasi yang dipersonalisasi. Yang perlu diingat adalah meskipun sarana yang digunakan untuk melayani para peziarah berbeda, semangatnya harus tetap sama, bertujuan menyenangkan Allah dengan memudahkan jalan hamba-hamba-Nya, tidak mencari keuntungan komersial atau keuntungan pribadi.

Sebagaimana riwayat Nabi: “Segala perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan.”

https://aboutislam.net/family-life/culture/hajj-hospitality-ages/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement