IHRAM.CO.ID,MAKKAH -- Ratusan jamaah haji tampak menunggu di bawah Jembatan Jamarat, Mina. Sebagian diantaranya duduk-duduk lainnya hanya berdiri. Raungan sirine mobil dan motor Askar pun berpatroli untuk mengusir mereka.
Tak hanya itu, para petugas berseragam loreng juga diturunkan untuk memecah kerumunan jamaah. “Ya Allah Ya Haj! Ya Allah Ya Hajj! Hariq, Hariq (bergerak)!”teriak seorang askar sambil memukul-mukul pagar barikade.
Meski merespons instruksi askar dengan berdiri dan sedikit berjalan, jamaah kembali ke posisi semula. Abdul Latif menjadi salah satu jamaah yang diusir askar. Meski demikian, dia tetap membandel karena hendak menunggu pergantian hari untuk melontar jumrah.
Jamaah haji furada yang menginap di Raudhah — lokasi yang dekat dengan Jamarat — tersebut mengaku hanya mabit (berdiam sejenak) di lokasi yang masih termasuk Mina. Setelah itu, dia akan melontar jumrah untuk hari yang ke-2 dan ke-3 pada pergantian waktu.
“Sudah biasa pak diusir askar. Kita tinggal berdiri setelah itu duduk lagi,”ujar pria yang mengaku berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini, Ahad (10/7/2022) malam.
Latif yang berangkat bersama salah satu travel swasta di Kalimantan itu menjelaskan, pihak travel enggan menyewa tenda di Mina karena lokasi penginapan sudah dekat di Jamarat.
Mabit di Mina memang menjadi salah satu wajib haji harus dilakukan oleh para jamaah termasuk Latif dan teman serombongannya sejumlah 32 orang. Hanya saja, Latif menyiasatinya dengan pulang pergi dari hotel yang dekat dengan kawasan Jamarat untuk pulang pergi ke Mina. Bagi Latif, berdiam diri di bawah jembatan Jamarat meski hanya sejenak sudah termasuk mabit di Mina.
Kepala Satgas Mina Amin Handoyo menjelaskan, banyak jamaah haji reguler yang tinggal di daerah Raudhah merasa lebih nyaman untuk tinggal di hotel. Jauhnya jarak dari Jamarat ke maktab di Mina membuat sebagian jamaah memilih untuk menginap di pemondokan.
Hal tersebut, ujar Amin, bisa dilakukan jamaah yang sudah lansia karena berisiko untuk menempuh perjalanan jauh ke Mina. Sebagai catatan, setiap jamaah harus berjalan kaki sejauh enam kilometer pulang pergi dari Mina ke Jamarat. “Kalau jumlahnya tidak banyak tidak masalah. Tinggal pindah saja kalau diusir Askar,”jelas Amin.
Kawasan Jamarat untuk pulang pergi ke Mina. Bagi Latif, berdiam diri di bawah jembatan Jamarat meski hanya sejenak sudah termasuk mabit di Mina.
Kepala Satgas Mina Amin Handoyo menjelaskan, banyak jamaah haji reguler yang tinggal di daerah Raudhah merasa lebih nyaman untuk tinggal di hotel. Jauhnya jarak dari Jamarat ke maktab di Mina membuat sebagian jamaah memilih untuk menginap di pemondokan.
Hal tersebut, ujar Amin, bisa dilakukan jamaah yang sudah lansia karena berisiko untuk menempuh perjalanan jauh ke Mina. Sebagai catatan, setiap jamaah harus berjalan kaki sejauh enam kilometer pulang pergi dari Mina ke Jamarat. “Kalau jumlahnya tidak banyak tidak masalah. Tinggal pindah saja kalau diusir Askar,”jelas Amin.