Selasa 20 Sep 2022 21:12 WIB

Al Biruni Rintis Perhitungan Arah Kiblat di Era Modern

Teori tersebut dituangkan al-Biruni dalam karyanya, Al-Qanun al-Mas'udi.

Kabah (ilustrasi)
Foto: RepublikaTV/Sadly Rachman
Kabah (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Selalu ada hikmah di balik setiap ketentuan Allah SWT. Dia menetapkan bahwa semua hamba-Nya yang men dirikan shalat harus menghadap Ka'bah di Baitullah Masjidil Haram, Makkah al-Mukarramah. Bagi kaum intelek tual (ulil albab), perintah-Nya itu juga berarti imbauan untuk mengadakan penelitian tentang di mana arah kiblat saat mere ka berada di suatu daerah luar Tanah Suci.

Ahmad Izzuddin dalam artikelnya, Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya (2012) mengatakan, al-Biruni (973-1050)merupakan salah seorang saintis yang merintis perhitungan arah kiblat pada era pra modern. Intelektual) tersebut memanfaatkan rumus matematika, yakni teori trigono metribola (spherical trigonometry). Hal itu dilakukannya untuk menjelaskan pengukuran azimut kiblat.

Baca Juga

Teori itu mengasumsikan adanya tiga titik pada permukaan bumi. Yang pertama adalah A, yakni titik lokasi daerah yang hendak dihitung arah kiblatnya. Kedua, titik B yaitu Ka'bah. Terakhir, C yang terletak di Kutub Utara.

Ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung, yang kemudian diperoleh segitiga bola. Sudut yang diapit oleh garis yang menghubungkan Kutub Utara dan tempat yang akan dihitung (CA)serta garis yang meng hubungkan tempat yang dihitung dengan Ka'bah (CB), itulah yang disebut sebagai arah kiblat.

 

Teori tersebut dituangkan al-Biruni dalam karyanya, Al-Qanun al-Mas'udi. Dalam buku itu, ia membuat catatan perihal garis lintang dan bujur dari ribuan kota. Dengan begitu, pembaca dapat menentukan arah kiblat di setiap daerah setempat.

Di samping cara tersebut, ada satu metode yang acap kali digunakan dan tidak kalah efektif. Seluruhnya ilmu wan setuju bahwa setiap tahun, selalu ada dua hari ketika matahari berada tepat di atas Ka'bah. Maka, arah bayangan matahari di mana pun seseorang berada di dunia pasti mengarah ke kiblat.

Terkait penentuan awal bulan Hijriyah, al-Biruni termasuk kelompok yang meme lopori pendekatan teoretis. Adapun cara yang empiris berarti menjadikan visibilitas hilal sebagai panduan.

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement