Kamis 29 Sep 2022 20:50 WIB

Ibnu Khaldun Masuki Dunia Politik

Pada masa Ibnu Khaldun, dunia Islam diwarnai perpecahan.

 Ilmuwan Muslim(ilustrasi).
Foto:

Saat berusia 21 tahun, Ibnu Khaldun diangkat menjadi sekretaris Sultan al-Fadl dari Dinasti Hafshiyun. Dua tahun kemudian, dia berhenti karena penguasa yang didukungnya itu kalah dalam sebuah pertempuran. Ia lalu hijrah ke Baskarah, sebuah kota di Maghribiyah Tengah--kini Aljazair.

Ia bertemu dengan Sultan Abu Anam, penguasa Bani Marin dari Fez, Maroko, yang tengah berada di Maghribiyah Tengah. Lobinya berhasil. Ibnu Khaldun lalu diangkat menjadi anggota majelis ilmu pengetahuan dan sekretaris sultan setahun kemudian. Saat menduduki jabatan itu, ia sempat dituding merencanakan pemberontakan sehingga dipenjara beberapa bulan lamanya. Karena merasa penguasa setempat sudah mencampakkannya, ia pun hijrah ke luar negeri.

Granada, satu-satunya taifa yang masih tegak di Andalusia, menjadi tujuannya. Raja setempat, Muhammad V, menyambut kedatangannya. Ibnu Khaldun lalu ditunjuk sebagai duta negara untuk Kastilla, sebuah kerajaan Kristen yang beribu kota di Sevilla.Walaupun menunjukkan kinerja yang baik, citranya tercoreng karena orang-orang di sekitar raja Granada menaruh iri kepadanya.

Sayangnya, Muhammad V cenderung mudah dipengaruhi. Pemimpin taifa tersebut menudingnya berpihak pada Kastilla karena nostalgia kenangan Ibnu Khaldun akan Sevilla, kota asal leluhurnya.Tudingan itu tidak diresponsnya dengan keras. Alih- alih melawan, ia memutuskan untuk mencari suaka politik baru.

Pada 1364, Ibnu Khaldun menerima tawaran seorang sahabatnya dari kalangan elite Hafshiyun yang tersisa, Abu Abdullah, untuk menduduki jabatan perdana menteri. Dengan memboyong keluarganya, ia pun hijrah lagi ke Maghribiyah, tepatnya Kota Bijayah. Kala itu, usianya sudah 32 tahun.

Setahun kemudian, Bijayah jatuh ke tangan Sultan Abul Abbas Ahmad, gubernur Qasanthinah. Menghindari kemungkinan terburuk, Ibnu Khaldun bersurat kepada penguasa Tilmisan atau Tlemcen, Abu Hammu. Pemimpin dari Bani Abdil Wad itu bersedia memberikan suaka politik kepadanya.

Beberapa tahun kemudian, Tlemcen dikuasai Sultan Abdul Aziz yang memimpin Baskarah. Ibnu Khaldun mencabut dukungannya dari Abu Hammu.Namun, kota tersebut lantas berhasil direbut kembali.

 

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement