IHRAM.CO.ID, Saat berusia 43 tahun, Abdurrahman bin Muhammad berlepas diri dari dunia politik praktis. Tokoh yang masyhur dengan nama Ibnu Khaldun itu memilih berfokus pada ranah akademis. Di kota-benteng Qal'at--dekat Frenda, Aljazair kini--ia mulai melengkapi dan merevisi catatan-catatan yang telah lama dibuatnya.
Ada satu proyek besar yang hendak dikerjakannya, yakni penyusunan sebuah buku sejarah universal. Karya itu akan memuat rentetan kejadian penting yang pernah terjadi sejak awal zaman hingga masa tempatnya berada.
Tidak hanya merekam peristiwa- peristiwa silam, ia juga menyajikan analisis yang tajam mengenai timbul tenggelamnya sejumlah peradaban dan dinamika sosial masyarakat. Hal itu menjadikan buah penanya dipandang merintis suatu disiplin baru, yakni sosiologi.
Antara tahun 1375 dan 1379 M, Ibnu Khaldun mengisolasi dirinya dalam Qal'at. Konsentrasinya tercurah pada realisasi penulisan buku tersebut.Empat tahun berselang, usahanya berhasil.
Karya monumental itu kemudian diberinya judul Kitab al- Ibar wa Diwan al-Mubtada' wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar(Buku Mengenai Contoh-Contoh dan Kumpulan Sejarah Asal-usul Bangsa Arab dan Berber).
Kitab al-Ibar merupakan terobosan pada masanya. Sebelumnya tidak pernah ada karya yang membicarakan sejarah bangsa-bangsa di kawasan Mediterania dan Arab dengan begitu detail, disertai pembuktian empiris dan analisis kritis.
Profesor Philip K Hitti dari Princeton University memuji kontribusi Ibnu Khaldun, Belum pernah ada sebelum dia, baik itu orang Arab apalagi Eropa, yang memiliki pandangan komprehensif dan filosofis mengenai sejarah. Ibnu Khaldun merupakan filsuf sejarah yang paling brilian yang pernah dihasilkan dunia Islam.Ia termasuk yang paling besar di sepanjang sejarah.
Kitab al-`Ibar terdiri atas tujuh bab. Semuanya dikelompokkan lagi ke dalam tiga jilid. Yang pertama merupakan awalan sehingga dinamakan Muqaddimah atau Prolegomena, dalam terjemahan Eropa.Jilid yang kedua menghimpun bab kedua hingga kelima. Adapun jilid yang ketiga mengumpulkan bab keenam dan ketujuh. Secara khusus, Ibnu Khaldun menyertakan riwayat dirinya sendiri pada bagian akhir karyanya tersebut.
Dari keseluruhan jilid tersebut, Muqaddimah barangkali merupakan yang termasyhur, bahkan hingga saat ini sebagai legasi sang cendekiawan Muslim Andalusia. Bagian muka Kitab al-`Ibaritu terdiri atas enam bagian-tulisan (fashl). Isinya memaparkan perihal definisi dan karakteristik utama masyarakat; persoalan pemerintahan; serta pemba gian kerja atau profesi di tengah khalayak umum.