IHRAM.CO.ID,Tapi tahukah Anda, enam abad sebelum jam Big Ben dibuat pada 1859, umat Islam telah membuat jam yang tak kalah fenomenal. Itulah jam air Ridhwan al-Sa'ati yang berada di salah satu pintu masuk Masjid Umayah, Damaskus.
Sejumlah manuskrip menyebut, jam tersebut diletakkan di pintu masuk sebelah timur Masjid Umayah atau di sebelah kanan pintu keluar masjid yang berdekatan dengan istana pemerintah, Qasr al-Khadhra. Karena keberadaan jam itu, pintu masuk sebelah timur tersebut dinamakan Gerbang Jam. Beberapa nama lain disematkan pada pintu itu, di antaranya Bab al-Sa'at, Bab Jayrun, dan Bab El-Labbadin.
Adalah Ridhwan al-Sa'ati yang mengungkapkan secara terperinci keberadaan dan waktu kerja jam air itu. Hal itu dimungkinkan karena ia adalah operator awal jam itu. Keterangan al-Sa'ati itu termuat dalam sebuah manuskrip tahun 600 Hijriyah atau 1202 Masehi.
Jam itu dinamai sama dengan nama sang operator, yaitu Ridhwan al-Sa'ati. Dalam sejarah Islam, jam ini merupakan salah satu perangkat mekanik peninggalan Muslim yang paling penting. Untuk membuat dan mengoperasikannya, jam ini telah menggunakan teknologi yang relatif maju.
Al-Sa'ati bukanlah operator jam biasa. Kala itu, pada masa pemerintahan Khalifah Isa bin al-Malik, ia adalah seorang menteri. Untuk merawat jam air itu pun ia mendapat anggaran khusus dari pemerintah. Jam air ini termasuk dalam kelompok perangkat waktu hidrolik yang terkenal di masa lalu, seperti Clepsydra, jam air yang digunakan orang Mesir pada sekitar 1400 SM.
Dari manuskrip yang ditulis al-Sa'ati, diketahui bahwa jam air itu sudah dioperasikan sebelum Sultan Nur Ed-Din Mahmud bin Zanki mengambil alih Damaskus pada 549 H. Adapun orang yang merawat dan mengoperasikannya adalah Abu 'Abdullah Muhammad bin Naser bin Saghir bin Khalid al-Kaysarani, yang dikenal sebagai astronom dan ahli matematika.
Pada kurun waktu berikutnya, ayah Ridhwan al-Sa'ati, yakni Muhammad bin 'Ali al-Khurasani juga ikut andil merekonstruksi jam tersebut setelah terbakar pada 562 H. Setelah kematian al-Khurasani, jam itu dioperasikan oleh tiga orang, di antaranya al-Muhadhab bin al-Naqqash, al-Muhadhab bin al-Hajib, dan Abu al-Fadhl al-Najjar. Selanjutnya, pengelolaan jam diserahkan ke tangan Ridhwan al-Sa'ati sendiri.
Sungguh tepat menyerahkan perawatan dan pengoperasian jam itu kepada al-Sa'ati. Sebab, pada masa itu ia tergolong sebagai mekanik andal yang paham benar cara kerja jam air.
Sebagai penunjuk waktu yang dibutuhkan banyak orang, jam air itu diletakkan di lokasi yang strategis, yakni di sebuah titik antara istana kekhalifahan dan masjid agung. Artinya, jam ini berada di dekat pusat pemerintahan dan pusat kegiatan umat.
Bukan penunjuk waktu biasa, jam air Ridhwan al-Sa'ati memiliki sejumlah keunggulan. Jam ini mampu menentukan sudut sinar matahari. Selain itu, jam ini juga dapat membagi waktu siang dan malam masing-masing selama 12 jam, yang tak terpengaruh apakah lebih panjang atau pendek dalam sebuah tahun.
Jangan kaget, jam ini juga mengeluarkan suara yang sangat keras pada setiap jamnya. Alhasil, masyarakat setempat pun akan mengetahui pergantian waktu dari jam ke jam.