IHRAM.CO.ID, Salah satu pengurus masjid, TN Raheem, seperti dilaporkan laman www.mabolemalays.com mengatakan, ketika baru dibangun dulu, Masjid Jum’ah Wekande adalah bangunan satu lantai yang membentang dari menara kedua hingga menara ketiga seperti terlihat pada bagian muka masjid saat ini.
Bagian muka masjid ini adalah salah satu bagian yang masih asli dari bangunan masjid pertama sebelum diperluas. Dari masa ke masa, masjid ini memang beberapa kali mengalami perombakan dan perluasan. Tujuannya, tak lain untuk mengakomodasi bertambahnya jumlah jamaah yang beribadah di masjid ini.
Tak seperti masjid modern saat ini yang dilengkapi aneka perangkat berteknologi canggih, masjid ini lebih suka tampil sederhana, tradisional, dan alami. Dalam hal pencahayaan, misalnya, digunakan metode pencahayaan sederhana, yakni memanfaatkan cahaya matahari pada siang hari dan menggunakan lampu minyak pada malam hari.
Bahkan, untuk mengeraskan suara imam saat mempimpin shalat, tak digunakan mike atau pengeras suara, tapi menerapkan metode gema seperti di dalam gua.
Pintu masuk utama yang berketinggian 12 kaki dan lebar enam kaki masih sama seperti saat masjid didirikan. Dua buah ruangan kecil dibangun menyatu dengan dinding bagian depan masjid.
Ruangan kecil ini didesain khusus untuk mengakomodasi dua lentera minyak besar yang berfungsi sebagai sumber pencahayaan ke dalam masjid dan ruang di sekitarnya.
Mimbar atau podium adalah bagian penting dari desain interior masjid. Mimbar yang ada saat ini sudah mengalami sedikit perubah an dibandingkan mimbar awal. Mim bar itu lebih rendah diban ding kan aslinya. Sedangkan mih rab, tempat di mana imam berdiri untuk memimpin shalat, dibuat menjorok ke dalam dinding seperti gua.
Dulu, mihrab ini digunakan sebagai sistem pengeras suara untuk memancarkan suara imam. Kini, ketika peranti pengeras suara elektronik menjadi hal biasa, nyatanya sistem pengeras suara alami itu tetap di pertahankan. ¦