IHRAM.CO.ID, Shalahuddin al-Ayyubi, sultan yang juga panglima perang itu, berhadap-hadapan dengan Balian de Ibelin, salah satu pemimpin terpenting tentara Salib. Pertempuran yang baru terjadi antara kedua belah pihak meninggalkan kekalahan besar di pihak Balian.
Sang Sultan, Shalahuddin al- Ayyubi, menghentikan pertempuran dan secara damai meminta Balian menyerahkan Yerusalem kepada kaum Muslimin dengan beberapa penawaran.
“Aku akan mengantarkan tiaptiap jiwa (orang) kalian (umat Kristen) dengan aman ke wilayah-wilayah Kristen, setiap jiwa dari kalian, wanita, anak-anak, orang tua, seluruh pasukan dan tentara, dan juga ratu kalian. Dan, aku akan mengembalikan raja kalian dan pada apa yang Tuhan kehendaki atasnya. Tidak satu pun dari kalian akan disakiti. Aku bersumpah,” Shalahuddin menyampaikan tawarannya.
“Orang-orang Kristen membantai setiap Muslim yang ada di dalam tembok Kota Yerusalem ketika mereka merebut kota ini,” jawab Balian, ragu.
“Aku bukan orang-orang (pembantai) itu. Aku adalah Shalahuddin. Shalahuddin,” tegas Shalahuddin.
“Jika demikian, dengan perjanjian itu aku menyerahkan Yerusalem (pada umat Islam),” Balian mengambil keputusan.
Dialog tersebut mewarnai bagian akhir sebuah film yang diangkat dari kisah Perang Salib II pada abad ke-12, “Kingdom of Heaven”. Film yang di sutradarai seorang Inggris dengan skenario ditulis seorang Amerika itu tidak saja menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Shalahuddin, tetapi juga sikap toleransi dan ketidaksukaan sang panglima pada perang.