Senin 07 Nov 2022 20:50 WIB

Gemilang Peradaban Islam di Tlemcen

Tlemcen memiliki sejarah panjang dalam proses peradaban Islam.

Tlemcen, Aljazair
Foto: tripadvisor.com
Tlemcen, Aljazair

IHRAM.CO.ID,  Tlemcen memiliki sejarah panjang dalam proses peradaban Islam. Sejarah mencatat, pada masa-masa sebelum Masehi, kota ini dihuni bangsa Numidia dengan rezim Berber yang dipimpin Raja Syfax. Sepanjang tahun 32 hingga 430 Masehi, bangsa Romawi, Vandal, dan Bizantium memasuki kota tersebut.

Pengaruh Islam mulai datang ke Tlemcen pada abad ketujuh dengan datangnya bangsa Arab pada 671 M. Kemudian pada 790, Dinasti Idrissides dari Fez (sekarang di Maroko) menduduki kota tersebut. Dari Dinasti Idrissides, wilayah itu kemudian jatuh ke tangan Yusuf Ibnu Tashfin dan anaknya, Ali bin Yusuf. Periode ini disebut dengan al-Murabitun.

Baca Juga

Selanjutnya, pembangunan peradaban Islam di Tlemcen diteruskan oleh Abdelmoumene Ibnu Ali mulai 1143 M. Periode ini dikenal dengan sebutan periode al-Muwahhidun. Bukan hanya peradaban Islam yang dikembangkan, pada periode ini Abdelmoumene juga mendorong pertumbuhan ekonomi di Tlemcen.

Perubahan pesat di wilayah tersebut terjadi sejak abad ke-13 hingga abad ke-16. Saat itu, Tlemcen dikuasai Dinasti Zianides yang didirikan Yagmorachen. Kekuasaan atas Tlemcen kemudian diteruskan oleh Abu Zain Othmane, Abou Ziane I, dan Abou Tashfin. Dalam masa ini, pengelolaan Kota Tlemcen berlangsung lebih modern.

Al-Murabitun adalah sebuah Dinasti Barbar Maroko yang kemudian membentuk kekaisaran pada abad ke-11 M. Kekuasaannya meluas hingga wilayah barat Maghrib dan Andalus. Kawasan Maghrib mencakup Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, dan Mauritania.

Sedangkan Andalusia mencakup beberapa bagian Semenanjung Iberia dan Septimania, yang dikuasai Muslim selama rentang tahun 711 hingga 1492. Dinasti ini berasal dari Lamtuna dan Gudala, suku Barbar yang hidup berpindah-pindah di Sahara melintasi wilayah antara Maroko Selatan, Sungai Niger, dan Sungai Senegal.

Kebangkitan al-Murabitun tercapai saat khilafah Muslim di Afrika Utara gagal menyelesaikan pertempuran internal mereka. Khilafah tersebut menderita kehancuran atas invasi suku Bani Salim dan Bani Hilal yang menyebar luas dan menghancurkan seluruh bukti peradaban.

Al-Murabitun dengan cepat membangun pemerintahan mereka atas wilayah yang menghampar dari Senegal di Afrika Barat hingga ke Mediterania di Afrika Selatan. Wilayah tersebut berikutnya menembus hingga wilayah Andalusia. Di bawah kekuasaan mereka, kawasan yang sangat luas baik secara geografis maupun kekayaan budaya itu untuk pertama kalinya bersatu dalam satu bangsa.

Pada pertengahan abad ke-12 M, al-Murabitun digantikan oleh al-Muwahhidun, sebuah dinasti baru dari Afrika Utara. Pada 1150, al-Muwahhidun telah berhasil menguasai Maroko, juga Sevilla, Kordoba, Badajoz, dan Almeria di Semenanjung Iberia. Al-Muwahhidun menjadikan Sevilla ibu kota mereka di Andalus dan mempertahankan Marakesh sebagai pusat pemerintahan di Afrika Utara.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement