Sabtu 12 Nov 2022 18:38 WIB

Ujian Kekurangan Harta

Melalui ujian itu, Allah ingin menampakkan kesabaran seorang hamba.

Sabar/ilustrasi
Sabar/ilustrasi

IHRAM.CO.ID, OLEH AHMAD RIFAI

Allah menguji hamba-Nya dengan beragam ujian. Salah satunya adalah ujian kekurangan harta.Melalui ujian itu, Allah ingin menampakkan kesabaran seorang hamba. Apakah tetap bertahan dalam koridor syariah atau sebaliknya?

Baca Juga

Tidak mudah lulus dari ujian ini.Sebab, manusia memang terbekali oleh tabiat cinta kepada harta, terlebih jika harta itu memang sangat dibutuhkan.Tentunya bobot ujiannya semakin berat.Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya manusia itu teramat cinta kepada harta (QS al-Adiyat: 8).

Memang, cinta harta yang tak terkendali sangat berbahaya. Seorang terkadang berpikir praktis dengan menempuh jalan pintas dalam mencari harta. Urusan halal-haram diabaikan.Sebab, yang terpenting, bagaimana harta itu didapatkan.

 

Kondisi seperti tentu merugikan dan mencelakakan. Beragam keburukan telah menanti. Yang paling mengerikan, doa menjadi sulit terkabul. Nabi pernah berkisah tentang seorang dalam safar (perjalanan). Satu keadaan yang doa itu mustajab (berpeluang besar diterima), tetapi ternyata doa orang itu tidak diterima. Penyebabnya kata Nabi, Bagaimana mungkin diterima sementara makanannya dari yang haram, minuman dan pakaiannya dari yang haram kebutuhan-kebutuhannya dari yang haram (HR Muslim).

Jika doa tidak terkabul, tentu kesulitan demi kesulitan akan menghampiri. Sebagai makhluk yang lemah, kita sangat butuh pertolongan Allah. Pertolongan itu didapatkan melalui jalur doa. Jika doa tidak terkabul, rahmat Allah tidak akan mengucur sehingga kemudahan dan kebahagian yang diidamkan tidak terwujud.

Selain doa yang sulit terkabul, harta haram juga penyebab sulitnya melakukan amal saleh. Memang, terkadang secara jumlah sangat melimpah, bahkan bisa jadi grafiknya terus meningkat. Tetapi, pada sisi keberkahan, terus tergerus.

Harta yang kehilangan berkah berpotensi menjadi bumerang bagi pemiliknya. Semestinya harta menjadi sarana dalam meraih kemuliaan, yaitu dengan menyalurkan pada hal-hal yang bermanfaat. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Harta yang melimpah menjadi sumber keburukan dan dosa.

Itulah sebabnya Allah berpesan kepada para nabi untuk makan dari yang halal. Allah berfirman yang artinya, Makanlah dari yang baik-baik dan lakukanlah amal saleh (QS al- Mukminun: 51). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata, Ini menunjukkan bahwa yang halal itu adalah penolong dalam melakukan amal saleh (Tafsir Ibnu Katsir, 5/415).

Jadi, bagi seorang Muslim, harta yang halal adalah harga mati. Sebab, jika tidak, maka seorang Muslim akan terhalang dari mengerjakan amal saleh. Padahal, pengakuan kita sebagai mukmin membutuhkan bukti dan bukti tersebut adalah amal saleh.

Oleh sebab itu, beredarnya beragam prediksi tentang krisis ekonomi menuntut persiapan bekal. Namun, bagi seorang Muslim, bekal yang paling fundamental adalah sabar dalam koridor yang halal saat mencari harta. Jika prinsip itu dipegang maka sedahsyat apa pun krisis ekonomi mengguncang, seorang Muslim akan mampu menghadapinya. Sebab, seseorang menghadapi krisis bukan dengan kemampuannya semata, melainkan karena di- backup oleh pertolongan Allah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement