Senin 14 Nov 2022 21:50 WIB

Budaya Istiqamah

Secara bahasa, istiqamah berarti berdiri di tengah-tengah.

Istiqamah (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Istiqamah (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, Oleh: Moh Romli

Dalam ajaran Islam, kata Istiqamah sering didengar. Bahkan, mashur dan sering terucap dalam bahasa sehari-hari. Bahkan, seorang ulama hadis terbesar Ibnu Hajar al-Asyqalani, belajar kurang lebih 40 tahun, tapi tidak mendapatkan ilmu yang diharapkan, sampai dia berhasil menikmati kesuksesan, karena istiqamah dalam belajar ilmunya.

Baca Juga

Secara bahasa, istiqamah berarti berdiri di tengah-tengah, tidak condong ke kanan dan ke kiri (i'tidal). Namun dalam keseharian, istiqamah dimaknai sebagai pemenuhan hak-hak yang dilakukan dengan sukarela dan adil, serta berkesinambungan. Setiap pekerjaan harus dilakukan dengan hati yang ikhlas dan terus-menerus. (Lisanu al-'Arab, XII:498; Faidhul Qadir, I:496-497; al-Risalah al-Qusyiriyah 206).

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka istiqamah’, maka malaikat akan turun pada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah takut dan merasa sedih. Bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan buat kalian’.” (QS Fushilat [41]: 30).

Ayat ini menggambarkan betapa keimanan dan istiqamah merupakan pintu masuk untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki. Baik duniawi maupun ukhrawi. Sesuatu yang dilakukan secara kontinu (berkesinambungan) meskipun sedikit, lebih baik ketimbang banyak, walaupun hanya sekali dilakukan.

Kontinuitas tersebut akan menggugah ketaatan, zikir, kedekatan, dan keikhlasan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Buahnya akan jauh melebihi sesuatu yang banyak tapi terputus. Baik secara kuantitas maupun kualitas. Rasulullah SAW bersabda, "Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit.” (HR Muslim).

Dalam realitas kehidupan, istiqamah dapat mengantar manusia pada puncak kesempurnaan serta melindungi akal dan hatinya dari kerusakan duniawi. Istiqamah juga akan mengangkat jiwanya dari lembah kehinaan dan memperbaiki eksistensi satu kelompok atau golongan, sehingga tercipta keamanan dan kesejahteraan di sekitarnya.

Abu 'Ali ad-Daqqaq mengatakan, untuk mencapai istiqamah ada beberapa tahapan. Pertama at-taqwim, yaitu meluruskan dan melatih jiwa untuk teguh dalam ketaatan. Kedua al-iqamah, yaitu membersihkan hati dari hal-hal yang merusak. Ketiga al-istiqamah, yaitu usaha mendekatkan batin (asrar) yang dimulai dari jiwa (perasaan) dan hati nurani  secara terus-menerus kepada Allah SWT. (Ar-Risalah Qusyairiyah, 206).

Euforia kebebasan dan reformasi yang bergulir selama ini, ternyata istiqamah telah kehilangan tempat pada nurani para pemimpin bangsa. Iktikad  baik yang dibangun sejak awal untuk membawa kapal bangsa ini berlabuh di pulau kesejahteraan dan kedamaian rakyat.

Kepercayaan rakyat yang disematkan di dada mereka hanya dijadikan hiasan perjalanan mereka dalam mencari kepuasan diri. Sementara ‘desah berat'  dan 'elus dada' rakyat tak pernah dihiraukan. Karenanya, tidak ada jalan lain untuk meraih kesejahteraan dan kesuksesan kecuali dengan keistiqamahan (ketekunan). Wallahu a'lam.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement