Rabu 16 Nov 2022 22:20 WIB

Masjid Raya Niono, Masjid Lumpur di Mali

Salah satu karya arsitektur yang luar biasa di Mali adalah Masjid Raya Niono

Masjid Raya Niono, Mali.
Foto:

Corak material bangunan Masjid Raya Niono terbilang sangat khas dan mengikuti pola bangunan yang sudah ada di daerah tersebut. Biasanya, rumah-rumah atau bangunan di Desa Niono berbahan dasar lumpur tanah liat yang kemudian dibentuk menjadi batu bata.

Agar mengeras, batu bata tersebut tidak dibakar seperti kebanyakan dilakukan di Indonesia, akan tetapi hanya dijemur di panas matahari. Terkadang, untuk lebih memperkuat batu bata itu ditambahkan dedak pada proses pembuatannya. Lalu, untuk fondasi dan rangka bangunan biasa digunakan kayu. Terutama kayu dari pohon Palmyra.

Material-material modern seperti semen biasanya dipakai untuk fondasi dan tambahan untuk atap serta digunakan pula sebagai plester. Sementara besi dipakai untuk sambungan rangka ataupun frame pada jendela dan pintu. Namun, material modern itu sangat jarang digunakan.

Sebab, dari sisi ekonomi, penggunaan material modern jauh lebih mahal karena harus diimpor dari negara lain. Sehingga, material itu kurang diminati, tidak hanya dalam pembangunan rumah bagi masyarakat sekitar, tetapi juga ketika akan membangun masjid. Cara-cara tradisional dianggap lebih sederhana dan hemat biaya.

Salah satu kekurangan penggunaan batu bata yang hanya dijemur di panas matahari adalah perlunya perawatan dan perbaikan yang intensif setiap tahunnya. Tidak hanya pada permukaan luar yang diperhatikan, akan tetapi juga pada permukaan di bagian dalam masjid. 

 

Namun, di balik kekurangannya itu, menggunakan batu bata itu justru bisa menguntungkan. Karena, batu bata yang rusak bisa dengan mudah didaur ulang untuk menjadi batu bata yang baru. Cara ini justru semakin banyak diterapkan di Mali. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement