IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Seniman asal Jeddah, Amira Nazer, menggelar pameran tunggal pertamanya di Galeri Hafez, Jeddah, hingga 24 Desember. Pameran ini diberi nama “Huriyat Jeddah”, yang menampilkan rangkaian foto pahatan dan eksplorasi ketegangan, kebebasan, maupun keindahan dalam kehidupan perempuan melalui penggunaan kain dan metafora putri duyung.
Nazer, yang lahir dan besar di kota pelabuhan bersejarah itu, mengaku bangga dengan asal-usulnya. Tempat tinggalnya memberikan pengaruh besar pada caranya memahami dunia dan semua yang ia alami datang dari mata seorang wanita Saudi.
Perjalanan artistik Nazer dimulai saat dia menjadi mahasiswa di Universitas Columbia, New York. Kecintaannya pada seni mendorongnya untuk mengambil jurusan ganda dalam ilmu politik dan seni visual. Dia menjadi sadar akan stereotip yang mengelilingi wanita Arab saat memotret teman.
“Wanita Arab selalu dikaitkan dengan sangat negatif, seperti ada pemaksaan dalam pemberitaan. Saya selalu tertarik pada materi dan tumbuh dewasa sambil mengekspresikan diri dalam pakaian adalah cara saya memilih untuk membedakan diri dan menjadi kreatif," ujar dia dikutip di Arab News, Kamis (1/12/2022).
Ia pun merasa aneh ketika ada orang berkulit putih memberitahunya ia sedang tertindas. Dengan tegas, ia menjelaskan jika apa yang ia kenakan adalah pilihannya dan memberinya inspirasi tentang kain.
Impian Nazer tentang putri duyung cantik yang muncul dari laut, perdebatan tentang kebebasan atau pembatasan dan kesejajarannya dengan wanita Arab dan pakaian mereka, sangat memengaruhi pekerjaannya.
Wanita berusia 23 tahun ini lantas memanfaatkan konsep visual tersebut untuk mengomunikasikan pengalaman individu tentang kenyamanan fisik seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan, yang dirasakan oleh subjeknya dalam foto-fotonya.
Hal penting yang diingat bagi seniman ini adalah untuk tidak mendikte pengalaman gadis-gadis yang semuanya tinggal di Jeddah, tetapi berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Ia juga mendorong mereka memilih bagaimana mereka ingin menutupi tubuh mereka.
Nazer menangkap berbagai narasi fisik saat bekerja dengan stylist dan teman masa kecil Latifa Bint Saad. Dia memilih kain yang mewakili masa mudanya dan rumah Saudi, seperti shalki dan motif kotak.
Nuansa bersahaja dan menekankan lingkungan alam merupakan inti dari seri pameran yang ia gelar. Di sisi lain, penggunaan warna pink dipilih untuk memperkenalkan feminitas. Gambar-gambar yang ia punya dicetak pada kain tempat para wanita difoto untuk memperkuat pesan tersebut.
Eksperimen Nazer dengan penggunaan dan makna "materi" untuk merepresentasikan komposisi keberadaan dan ide seolah mewujudkan foto menjadi kenyataan. “Hurriyat Jeddah”, yang berarti “The Mermaids of Jeddah”, adalah sebuah pameran yang mencerminkan perjalanan Nazer sebagai seorang wanita Saudi. Di sisi lain, menggamabrkan bagaimana banyak orang di seluruh dunia yang tunduk pada orang lain yang mendikte realitas mereka.
“Yang ingin saya bangkitkan adalah percakapan, persis seperti yang saya lakukan dengan diri saya sendiri ketika saya bermimpi. Inilah inti dari karya ini: suara para wanita Jeddah dan keindahan pengalaman dalam segala kerumitannya," kata Nazer.
Ia menyebut keanekaragaman dalam kerangka ini menjadi hal yang menyatukannya. Tidak ada satu cara pun, tidak ada cara yang salah atau cara yang benar. Perbedaan pengalaman itulah yang menyatukannya.