Kamis 01 Dec 2022 20:45 WIB

Berpuisi dalam Cahaya di Masjid Al-Ikhlas Bandara Ngurah Rai

Keindahan cahaya di dalam masjid berbeda-beda tiap waktu shalat tiba.

Masjid Al-Ikhlas Bandara Ngurah Rai
Foto:

Pergantian cahaya

Keunikan ketiga adalah desain dindingnya yang berkonsep ecobuilding. Ridwan Kamil mewujudkan temanya di sekujur masjid. Ia membuat lubang-lubang alami dengan pola-pola yang selain berfungsi sebagai ventilasi udara, juga memiliki nilai seni. Dengan begitu, masjid tidak membutuhkan pendingin ruangan, apalagi lampu penerangan pada siang dan sore hari.

Pada setiap waktu shalat yang berbeda, cahaya yang masuk alami berbeda-beda pula. “Saya senang kalau shalat itu mengatur cahayanya alami,” katanya. Ini, menurut dia, menjadi bagian dari kalimat Allah bahwa keindahan yang paling istimewa itu datang dari Allah.

Keempat, warna masjid ini klasik, yakni abu-abu serupa warna batu mengadopsi Ka'bah yang terbuat dari batu-batu keras berwarna kelabu. Ada lis pinggir merah bata pada setiap kotak bangunan masjid ini.

Pada malam hari, dari celah-celah dindingnya akan terpancar cahaya dari lampu penerangan di dalam. “Maunya di masjid itu cahaya keindahannya ada di pagi, siang, beda, begitu juga menjelang sore,” ungkapnya.

Masjid Al-Ikhlas bukanlah masjid kubus pertama yang menjadi hasil rancangan Ridwan. Ada Masjid Al-Irsyad di Kotabaru, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat yang juga menyerupai kubus dan diresmikan pada 2010. Masjid Al-Irsyad masuk ke dalam kategori lima besar Building of the Year 2010 oleh National Frame Building Association.

Perbedaannya, arsitektur celah dinding Masjid Al-Irsyad membentuk tulisan dua kalimat syahadat, sedangkan Masjid Al-Ikhlas hanya berupa celah biasa. Tulisan ‘Laa Ilaaha Illallah Muhammadan Rasulullah’ pada Masjid Al-Ikhlas dipahatkan pada sebuah perisai yang ditempatkan di sebuah menara di samping kiri pintu masuk masjid ini.

Yono (52 tahun) yang menjadi salah satu marbot masjid ini mengatakan, arsitektur Masjid Al-Ikhlas disesuaikan dengan budaya lokal di Bali. Masjid ini sekaligus sebagai gambaran nyata atas keragaman dan toleransi umat beragama di Pulau Dewata itu. 

 

Yang pasti, kata Ridwan Kamil, inspirasi sosok masjid ini merupakan perjalanan hidupnya selama 17 tahun. “Itulah inspirasi saya, tetapi yang pasti karena lihat kondisi di Bali juga,” katanya.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement