IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengumumkan dia tidak akan mengizinkan interogasi dilakukan terhadap tentara Israel sehubungan dengan kematian jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh. Hal tersebut dia sampaikan pada Selasa melalui akun Twitter-nya.
“Tidak ada yang akan menginterigasi tentara Israel Defense Forces (IDF) dan tidak ada yang akan menasihati kami tentang memerangi moral, tentunya bukan jaringan Aljazirah," kata Lapid.
Pada Selasa pagi, televisi Aljazirah mengatakan mengajukan gugatan ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas pembunuhan Abu Akleh saat meliput serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki. Jaringan yang berbasis di Doha mengatakan gugatan itu mencakup bukti saksi baru dan rekaman video yang sangat jelas menunjukkan bahwa Abu Akleh dan rekan-rekannya ditembaki langsung oleh Israel Occupying Force (IOF).
“Bukti yang diajukan ke Kantor Kejaksaan (OTP) menegaskan, tanpa keraguan, bahwa tidak ada penembakan di daerah di mana Shireen berada, selain IOF yang menembak langsung ke arahnya,” kata AlJazirah, dilansir Anadolu Agency, Rabu (7/12/2022).
Abu Akleh yang berusia 51 tahun merupakan jurnalis Palestina-Amerika perempuan yang tewas pada 11 Mei lalu. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dia ditempak di kepala saat meliput serangan militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat.
Pada bulan September, tentara Israel mengatakan Abu Akleh kemungkinan besar dibunuh oleh tembakan yang salah dari seorang tentara Israel. Beberapa agensi media terkemuka, termasuk Aljazirah, CNN, Associated Press, Washington Post, dan New York Times, melakukan penyelidikan sendiri. Semua penyelidikan tersebut mengungkapkan Abu Akleh tewas tertembak peluru Israel.