IHRAM.CO.ID, TOKYO -- Angka kejahatan di Jepang selama 2022 meningkat untuk pertama kalinya sejak 20 tahun, menurut data polisi, Kamis (2/2/2023).
Peningkatan kasus kriminal di jalanan semenjak pembatasan Covid-19 dilonggarkan disebut sebagai salah satu penyebab. Secara keseluruhan, ada 601.389 kasus kriminal di Jepang tahun lalu, naik 5,9 persen dari 2021, ketika angkanya menyentuh level terendah di era pascaperang.
Laporan kekerasan dalam rumah tangga dan kasus dugaan kekerasan pada anak mencapai angka tertinggi sepanjang masa. Dalam penelitian secara daring yang dilakukan Badan Polisi Nasional pada Oktober tahun lalu, 67,1 persen responden merasa keamanan publik di Jepang telah menurun dalam waktu 10 tahun terakhir.
Hal itu kemungkinan dipengaruhi oleh pembunuhan mantan perdana menteri Shinzo Abe pada Juli tahun lalu serta sejumlah penusukan dalam beberapa tahun terakhir. Lima ribu responden berusia 15 tahun ke atas, menyebutkan pembunuhan acak, penipuan dengan peniruan identitas dan kekerasan pada anak sebagai beberapa kejahatan yang terlintas dalam pikiran mereka.
Persepsi negatif itu muncul setelah tiga orang ditusuk di luar Universitas Tokyo menjelang ujian masuk nasional pada Januari tahun lalu. Seorang wanita dan putrinya ditusuk seorang anak perempuan di distrik Shibuya ibu kota Tokyo pada Agustus.
Negara itu juga diguncang oleh pembunuhan Abe pada 8 Juli, ketika mantan perdana menteri itu ditembak dari jarak dekat selama pidato kampanye menjelang pemilihan nasional. Ada juga sejumlah serangan di kereta dan stasiun kereta beberapa tahun belakangan, termasuk serangan dengan pisau di kereta Tokyo di malam Halloween pada 2021 yang menyebabkan 17 orang terluka.
Selama 2022, polisi melaporkan ke pusat konsultasi anak 115.730 dugaan penganiayaan anak di bawah umur, sementara kasus kekerasan dalam rumah tangga meningkat menjadi 84.493 kasus.
Polisi menerima 19.129 laporan penguntitan, sementara kejahatan jalanan seperti pencurian sepeda, meningkat 14,4 persen dari tahun sebelumnya menjadi 201.619 kasus. Kerugian keuangan akibat kasus penipuan khusus meningkat 28,2 persen menjadi 36,14 miliar yen (Rp 4,2 triliun) meningkat pertama kalinya dalam delapan tahun.
Tingkat kejahatan bulanan menunjukkan peningkatan bertahap sejak musim semi ketika pemerintah melonggarkan pembatasan akibat virus corona. Kejahatan yang melibatkan serangan siber perangkat pemeras (ransomware) terhadap perusahaan dan organisasi naik 57,5 persen.
Transfer uang ilegal yang melibatkan penipuan dalam jaringan naik untuk pertama kalinya dalam tiga tahun menjadi 1.131 kasus. Kejahatan keji, termasuk pembunuhan, naik 8,1 persen menjadi 9.536 kasus.