IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Masjid King Khalid di Universitas Shaw terpaksa ditutup sementara akibat pandemi Covid 19. Seiring berlalunya pandemi, komunitas Muslim mendesak pihak kampus untuk mengaktivasi masjid kembali.
Dilansir di About Islam, belum lama ini, melayani komunitas Muslim selama 40 tahun, Masjid King Khalid di dalam kampus Universitas Shaw telah menjadi bagian penting dari kota Raleigh di Carolina Utara.
Ditutup selama pandemi Covid 19, universitas tersebut memutuskan untuk tidak membuka kembali masjid tersebut yang memicu kemarahan dan reaksi dari komunitas Muslim. Keputusan tersebut, yang belum dijelaskan oleh universitas, diambil saat kapel Kristen di kampus, Kapel Boyd, dibuka untuk umum, dan mengadakan kebaktian rutin.
“Itu adalah diskriminasi murni, murni dan sederhana,” kata Imam Juma Mussa.
Pengacara Nigel Edwards mengatakan bahwa universitas berafiliasi dengan Baptis. Sehingga suaru kelompok dapat memiliki satu tempat ibadah yang terbuka dan yang lainnya tidak.
Dalam sebuah pernyataan, Universitas Shaw, universitas swasta Baptis yang tidak diwajibkan secara hukum untuk mengakomodasi agama lain, mengatakan bahwa masjid hanya tersedia untuk mahasiswa yang terdaftar.
“Seperti yang diumumkan sebelumnya, Pusat Studi Internasional di kampus Universitas Shaw terbuka dan tersedia untuk digunakan bagi mahasiswa yang terdaftar; akses ke masjid oleh mahasiswa Shaw dikoordinasikan melalui kantor Chaplain Universitas,” bunyi pernyataan itu.
Masjid dan bangunannya dibangun pada tahun 1983 dengan hadiah satu juta dolar AS dari keluarga Kerajaan Saudi dengan syarat akan menjadi masjid komunitas. Bangunan tersebut tidak akan ada di sini jika bukan karena sumbangan umat Islam untuk mendirikan gedung dan masjid di dalamnya.
"Itulah syarat yang diterima Universitas Shaw ketika mereka menerima uang itu sejak awal," kata Edwards.
Populasi Muslim di kawasan Segitiga Carolina Utara sangat beragam. Perkiraan menempatkan jumlah Muslim yang tinggal di Segitiga lebih dari 10 ribu, berasal dari sekitar 70 negara, di mana 20 persennya diperkirakan adalah orang Afrika-Amerika kelahiran Amerika.