Rabu 15 Feb 2023 17:15 WIB

Mengkaji Hikmah Tawaf, Proses Mengelilingi Ka'bah Tujuh Putaran

Jamaah haji dan umroh akan melakukan tawaf.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Mengkaji Hikmah Tawaf, Proses Mengelilingi Ka'bah Tujuh Putaran. Foto: Tawaf Qudum. Ilustrasi
Foto:

Tawaf mengajak untuk mengikuti perputaran waktu dan peredaran peristiwa, namun tetap berdekatan dengan Allah SWT dengan menempatkan Tuhan Maha Rahman itu pada tempat yang semestinya dan menjadikan diri sebagai hamba-Nya yang taat dan tunduk pada-Nya.

Di sisi lain, Kabah merupakan simbol berkumpul (matsabatan). Ketika orang-orang berkumpul di sekeliling Kabah untuk melakukan thawaf, mereka bukan hanya hadir secara fisik, tapi juga bersama ruh dan jiwa, semuanya menghadap dan menuju Allah SWT. Jadi, setiap orang yang sedang thawaf diharapkan tidak hanya mengelilingi Kabah secara fisik, tapi hatinya juga selalu ingat kepada Allah dan menghayati apa yang dia baca.

Dari Ali Ibn Abu Talib berkata, aku mendengar Nabi Muhammad SAW berkata kepada Abu Hurairah: Engkau akan menemukan orang yang lupa dan lalai ketika melaksanakan thawaf, thawaf mereka tidak diterima Allah dan amal mereka tidak sampai kepada Allah. Hai Abu Hurairah: Jika kamu melihat mereka berbaris-baris (tawaf), maka bubarkanlah barisannya dan katakanlah kepada mereka: tawaf ini tidak diterima oleh Allah dan amal mereka tidak sampai kepada Allah." (HR Al-Fakihi dari Ali Radhiallahu anhu)

Saat seseorang menjalankan tawaf, kadang tempat berputar terlihat sepi dan lengang, kadang berdesak-desakan. Kendati demikian, orang yang menjalankan tawaf tidak boleh marah, tidak boleh mengeluh, ia harus terus fokus mengitari Kabah hingga selesai tujuh kali putaran.

Saat selesai berputar tujuh kali, ia bergembira dan wujud dari kegembiraan itu ia ekspresikan dengan lantunan doa dan sholat sunnah di belakang maqam Ibrahim.

Kondisi perputaran tawaf ini menggambarkan proses seseorang menjalani kehidupan dunia. Dalam menjalani hidup, manusia pasti mengalami rintangan dan ujian, senang atau susah. Maka jika manusia ingin sukses menjalani kehidupan ini, kuncinya adalah tetap fokus dan tulus menjalaninya dengan terus berusaha dan mematuhi aturan yang ada. Dia harus fokus menjalankan perintah Tuhan. Fokus mengarungi kehidupan dengan penuh kesabaran dan kesyukuran adalah kunci keberhasilan menjalani kehidupan.

Secara spiritual, tawaf mengajari manusia tentang siklus kehidupan. Mereka lahir di dunia atas kehendak Allah, hidup selalu bersama Allah (ahya wa amut), dan pada akhirnya kembali kepada Allah.

Berputar atau mengelilingi berarti bergerak sebagai tanda adanya kehidupan. Kondisi kehidupan terus berputar di antara manusia, jatuh bangun, kaya miskin, terkenal dan terlupakan, semuanya silih berganti menghiasi kehidupan manusia.

Secara historis, tawaf juga mengingatkan manusia kepada orang yang membangun Kabah, yaitu Nabi Ibrahim Alaihissalam bersama putranya Ismail Alaihissalam, yang menguatkan keyakinan bahwa Islam yang kita anut ini merupakan kelanjutan dari risalah yang pernah diajarkan oleh Nabi Ibrahim.

Sholat sunat dua rakaat di belakang Maqam Nabi Ibrahim (tempat berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Kabah) setelah thawaf, yang dilakukan sebelum berdoa di Multazam, juga mengingatkan umat Islam akan adanya hubungan agama yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dengan agama yang disampaikan Nabi Ibrahim Alaihissalam.

Semua prosesi yang dilakukan dalam tawaf semakin mengukuhkan seorang Muslim akan keimanan, ketauhidan, serta keislamannya. Penjelasan hikmah thawaf ini dijelaskan dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umroh yang dipublis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama, 2020.

photo
Infografis Penyebab Haji Mardud - (Dok Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement