IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Imam Anshori mengatakan hingga saat ini belum banyak turis Indonesia yang berminat melakukan perjalanan wisata ke Arab Saudi selain umrah.
"Kalau untuk wisata khusus Saudi masih sangat kurang peminatnya, tetapi anggota Amphuri sudah banyak membuat paket umrah plus wisata Saudi seperi Umrah Plus Thaif," jelas dia kepada Republika.co.id, Rabu (4/4).
Sedangkan terkait visa turis, selama ini Amphuri hanya fokus untuk masalah umrah dan haji khusus saja. Imam mengakui tidak mengikuti perkembangan pemberlakuan visa turis ini.
Sebelumnya, perluasan peraturan visa turis Saudi telah selesai ditinjau oleh Saudi Commission for Tourism and National Heritage (SCTH), Senin (2/4). Sektor pariwisata telah dijadikan pendorong utama oleh Kerajaan untuk melakukan diversifikasi ekonomi dalam Visi 2030.
Sekitar 900 ribu warga Saudi saat ini bekerja di sektor perjalanan dan pariwisata. Tahun lalu saja, Saudi menyambut sekitar 18 juta pengunjung, yang sebagian besar datang melakukan ibadah haji dan umrah.
Kerajaan juga memiliki beberapa situs arkeologi dan sejarah yang penting, termasuk Madain Saleh di wilayah barat laut, yang dibangun oleh orang-orang Nabatea kuno. Selain itu ada juga Kota Diriyah, sebuah kota kecil bersejarah yang terletak sekitar 20 kilometer dari ibu kota Riyadh.
Kedua tempat itu telah menjadi situs warisan dunia UNESCO. Situs UNESCO lainnya adalah Al-Balad atau Historical Jeddah, dan situs arkeologi Batu Seni di wilayah Hail.
Saudi juga telah mengumumkan proyek-proyek pariwisata utama lainnya sebagai bagian dari Visi 2030. Salah satunya adalah Proyek Laut Merah, sebuah laguna pantai yang mencakup sekitar 50 pulau tak berpenduduk, yang membentang di garis pantai sepanjang lebih dari 150 Km.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
