Selasa 15 Oct 2019 06:00 WIB

Kemenag Gelar Bedah Buku Ketika Allah Cemburu Ka’bah

Buku ini merupakan kumpulan cerita petugas haji saat bertugas.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Jamaah haji sedang melaksanakan shalat wajib berjamaah menghadap Kabah di Masjidil Haram pada musim haji 1440 H / 2019 M.
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Jamaah haji sedang melaksanakan shalat wajib berjamaah menghadap Kabah di Masjidil Haram pada musim haji 1440 H / 2019 M.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA—Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menggelar bedah buku karangan Helmi Hidayat, salah satu petugas haji 2018. Buku berjudul Ketika Allah Cemburu Ka’bah ini berisi kumpulan cerita dan pengalaman Helmi selama bertugas di Tanah Suci. 

Menurut Muharram Marzuki, Kepala Pusat Litbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag, meski buku ini dikemas secara ringan dan naratif, namun penulis mampu menampilkan cerita yang menarik untuk didalami. 

Baca Juga

“Buku yang bedah ini sudah tepat, walaupun ringan tapi tetap menyentuh, dan memang ada cerita pengalaman yang menarik disana. Di sisi lain ada pula sentilan bagi pemerintah untuk membenahi sistem pelayanan haji, agar semakin baik,” kata Muharram Marzuki saat ditemui di Jakarta, Senin (14/10). 

Buku ini, kata dia, mengungkapkan kejadian yang nyata terjadi di lapangan, tanpa ada kesan memihak. Penulis, sambungnya, juga mampu menggambarkan kondisi dan situasi secara apik sehingga pembaca dapat terbawa suasana. 

“Buku ini menceritakan cerita yang sering terlewatkan, misalnya bagaimana perjuangan para calon petugas haji untuk mendaftar, hingga kerja keras mereka selama bekerja di Arab Saudi,” katanya. 

“Di sini tergambar mana yang benar-benar terjadi di lapangan, karena penulis juga terlibat langsung di dalamnya,” lanjut Marzuki. 

Marzuki mengakui, selama ini Balitbang memang lebih banyak merilis buku-buku ilmiah yang berisi deretan hasil penelitian. Namun dia mengatakan, masyarakat juga perlu disuguhi buku narasi agar nilai-nilai yang tidak dapat diungkap dalam penelitian saintifik juga bisa didapatkan. 

“Kebanyakan Balitbang memang mencetak buku ilmiah tapi buku seperti ini juga diperlukan karena selain ringan dibaca, ada juga nilai-nilai yang dapat diambil, seperti bagaimana hebatnya kekuasaan Allah hingga ridho orang tua,” katanya. 

Sementara, Helmi Hidayat, penulis ‘Ketika Allah Cemburu Ka’bah’ mengaku tidak menyangka tulisannya akan diterbitkan dalam sebuah buku. Kisah yang dia tulis, kata Helmi awalnya hanya sepotong pengalaman yang didapatnya setelah bertugas sebagai petugas haji pada 2018 silam. 

“Saya awalnya tidak ada niat untuk menerbitkan cerita ini dalam sebuah buku, karena awalnya saya hanya berbagi cerita lewat Facebook saja ternyata banyak yang suka,” ujar Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, Senin (14/10).

Helmi mengatakan, buku ini awalnya hadir karena permintaan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin yang ternyata juga membaca cerita yang dia unggah. Selain Menag, Rais Syuriah PBNU, Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus juga meninggalkan jejak di salah satu tulisannya. 

“Buku ini sebenarnya hadir karena perintah gurunya Menag, Gus Mus, yang ternyata juga membaca cerita yang saya Post di Facebook dan beliau suka. Menurut Gus Mus cerita ini menggambarkan kejujuran cerita petugas selama bertugas, baik saat proses menjadi petugas. Dan akhirnya terbitlah buku ini,” kata Helmi. 

Dalam setiap tulisannya, Helmi mengaku sengaja mengungkap cerita perjuangan para petugas haji dalam bekerja melayani jamaah secara riil namun tetap inspiratif. Kerena menurutnya, keberhasilan pemerintah Indonesia mendongkrak indeks kepuasan jamaah haji, tentu tidak dapat terlepas dari dedikasi penuh para petugas haji dalam menjalankan tugas. 

“Jadi di sini diungkapkan alasan kenapa indeks pelayanan haji indonesia terus naik dari tahun ke tahun, karena naiknya indeks pelayanan haji tidak lepas dari kerja petugas haji dalam membantu jamaah menyempurnakan ibadah,” ujar dia.

“Di sini diungkap bagaimana beratnya tanggung jawab dan amanah yang ditanggung petugas saat bertugas,” sambung Helmi. 

Dia berharap, buku ini dapat memberi perspektif baru bagi jamaah dalam memandang proses pelaksanaan ibadah haji. Buku ini, kata dia, semoga dapat memberikan gambaran baru bagi pembaca dalam memahami makna haji yang sesungguhnya. 

“Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan paling penting dapat membuat pembaca memahami esensi dalam beribadah haji,” tutupnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement