Senin 30 Sep 2013 19:28 WIB

Masjidil Haram Padat, Jamaah Kesasar

 Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10).  (Hassan Ammar/AP)
Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10). (Hassan Ammar/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Hasan Murtiaji

Namanya Muamma. Juragan kapal asal Sumenep, Madura. Kulitnya gelap, berpeci putih, dan masih mengenakan kain ihram.

“Alhamdulillah, saya ketemu sampeyan di sini. Saya sudah muter-muter nyari teman seperti sampeyan, tapi tidak ketemu,” kata Muamma saat bertemu di pelataran pintu King Abdul Aziz Masjidil Haram, Sabtu (28/9), menjelang Maghrib.

Muamma tiba di Masjidil Haram sejak Rabu (25/9). Namun, ketika ditemui di halaman depan Zamzam Tower itu, Muamma masih mengenakan kain ihram.

Dia mengaku baru saja melaksanakan tawaf sunah. “Saya sudah berputar-putar, tapi tidak kelihatan orang-orang yang berpakaian seperti Bapak,” kata Muamma.

Saya bertiga memang berniat ke Masjidil Haram sore itu untuk membantu jamaah yang lepas dari rombongan. Sebagai petugas haji, kami diwajibkan mengenakan baju seragam warna biru dan bercelana hitam dengan dilengkapi kartu identitas petugas.

“Bapak sebelumnya sudah ketemu saya ya. Sudah dua kali berarti Bapak kesasar,” kata Kasi Keamanan Daerah Kerja Makkah Asep Abdullah kepada Muamma.

Sekalian membantu jamaah yang kesasar, kami juga hendak melihat kantor baru Sektor Khusus. Anggota sektor ini terdiri atas TNI/Polri dan tenaga musiman yang punya tugas khusus membantu jamaah yang terpisah dari rombongan maupun yang kehilangan barang dan uang.

“Semua pintu sama di sini, atapnya juga sama. Bingung saya,” kata Muamma dengan logat khas daerahnya. Pria sepuh berusia 60-an tahun ini berangkat dari pemondokan di daerah Mahbas Jin sejak pukul 02.00 dini hari.

Saat bertemu kami senja hari itu, tak tampak kelelahan di raut wajah pria beristri dua dengan empat anak ini. Tetap senyum dan sesekali bercanda tentang keinginannya yang belum kesampaian mendapatkan obat penambah tenaga.

Saat azan Ashar, kemarin, di Sektor 2 wilayah Mahbas Jin, Selamet bin Ranawijaya tiba dari Jeddah. Bukan untuk melaksanakan umrah dia tiba di Makkah, karena ternyata Selamet sudah menunaikan tawaf.

“Setelah tawaf lima putaran, saya terlepas dari rombongan,” kata kakek berusia 70 tahun asal Labuan Batu, Sumatra Utara.

Karena terpisah dari rombongan, kakek yang tampak tegar saat ditemui itu berinisiatif mencegat taksi. Kepada sopir taksi, Selamet meminta diantar ke asrama haji.

Terjadilah kesepakatan, Selamet mesti membayar 15 riyal, harga yang normal. “Di Jeddah, ada asrama haji kan?” katanya kepada sang sopir, mengisahkan.

Beruntung, sang sopir menurunkan Selamet yang menjual 18 ekor sapi untuk biaya pergi haji ini di pasar dan kemudian ditemukan oleh warga Indonesia yang bermukim di Jeddah.

Warga tersebut kemudian mengantarkannya ke Kantor Urusan Haji Indonesia di Jeddah. Makkah-Jeddah bisa ditempuh dalam waktu sejam jika jalanan lancar.

Oleh petugas haji, Selamet kembali dipulangkan ke Makkah. Selamet seharusnya menyempurnakan umrah perdananya dengan melakukan sa’i.

Namun, Selamet yang pergi haji bersama anak dan menantunya itu akan melakukan sa’i menyusul setelah beristirahat. “Saya mau ketemu anak saya dulu,” katanya.

Kisah Muamma dan Selamet hanya secuil dari serentetan kasus jamaah uzur yang terlepas dari rombongan. Dalam tempo empat jam, setidaknya 12 jamaah pria atau wanita lansia kami antarkan ke lokasi terminal kepulangan mereka. Rata-rata mereka kebingungan mencari jalan keluar.

Kasi Keamanan Daker Makkah mengatakan, dari 94 jumlah pintu di Masjidil Haram, yang dibuka 33 pintu saja. Pintu yang dibuka dari nomor 1 hingga 11 dan 72 sampai 94.

Hingga Ahad, pukul 07.00, jumlah jamaah yang tiba di Makkah mencapai 71.498 orang dari 175 kloter. Sedangkan, jumlah jamaah yang sudah diterbangkan dari Tanah Air sebanyak 94.260 orang dari 233 kloter. Jumlah total jamaah haji Indonesia adalah 168.800 orang.

Pantauan Republika di Masjidil Haram, kondisinya makin sesak dengan jamaah, terutama pada waktu-waktu shalat berjamaah.

Shalat Maghrib, Isya, dan Subuh di Masjidil Haram menjadi waktu shalat favorit jamaah. Jamaah mulai berdatangan dua jam sebelum shalat dilakukan.

Di area tawaf lantai satu tidak mudah untuk mengelilingi Ka’bah tujuh putaran pada saat Maghrib, Isya, dan Subuh.

Jamaah mesti jalan berdempetan. Sedangkan, di lantai dua area tawaf tempat jamaah lanjut usia dan berkursi roda seusai Ashar kemarin, setengah badan jalan dipenuhi jamaah.

Hal sama juga terlihat di tempat sa’i. Di persimpangan bukit Safa menjadi pusat kepadatan jamaah. Di tempat ini, jamaah yang hendak memulai sa’i, jamaah yang sedang sa’i, dan mereka yang hendak ke area tawaf.

Jamaah asal Tasikmalaya, Nung, mengatakan, kondisi Masjidil Haram membuatnya susah bergerak. Jamaah sudah menyesaki sisi-sisi kosong Masjidil Haram, padahal jamaah dari Indonesia saja belum tiba seluruhnya di Makkah. “Ih, penuh sekali, Pak,” kata Nung seusai menunaikan shalat Ashar.

Lukmanul Hakim, mukimin di Arab Saudi, tak bisa membayangkan bagaimana kondisi Masjidil Haram seusai puncak haji nanti ketika jamaah melakukan tawaf ifadhah.

Padahal, jamaah khusus dari negara-negara sekitar, seperti Kuwait, Yaman, maupun Australia, belum memasuki Makkah. “Sekarang saja penuh meski masih enam hari lagi masuk bulan Dzulhijjah,” kata Lukman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement