Senin 25 Aug 2014 19:57 WIB

Tips Jaga Kebugaran Jelang Keberangkatan Haji

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah jamaah calon haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Surabaya menuju ke pesawat di Bandar Udara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jatim
Foto: Antara
Sejumlah jamaah calon haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Surabaya menuju ke pesawat di Bandar Udara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jatim

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tak sampai satu bulan lagi jamaah haji dari Indonesia akan berangkat untuk menunaikan rukun Islam kelima. Ibadah haji ini dapat dikatakan ibadah fisik. Karena itu sebelum keberangkatan, calon jamaah haji perlu menyiapkan kesehatan jasmaninya agar dalam melaksanakan ibadah haji selalu sehat bugar.

Spesialis Kesehatan Olahraga dr M. Ikhwan Zein, SpKO, ada beberapa aktivitas yang memerlukan kebugaran dan kekuatan fisik selama menunaikan ibadah haji:

a. Sholat lima waktu di Masjidil Haram/Nabawi.

Perjalanan menuju masjid sangat bergantung dari pemondokan yang diperoleh. Jamaah juga harus berjalan dari batas parkir kendaraan menuju masjid

b. Tawaf, berjalan mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam sebanyak tujuh kali

c. Sai, berjalan atau berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali dengan jarak kira-kira 2,9 kilometer.

d. Kegiatan Armin (Wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah termasuk melontar jumroh

e. Kegiatan lain (kegiatan dari daerah asal ke embarkasi, di pesawat, ziarah selama di tanah suci dan kepulangan .

Untuk  itu olahraga sangat diperlukan sebelum keberangkatan jamaah haji, kata Zein pada saat seminar olahraga dan kesehatan lansia dan calon jamaah haji dan umroh di Universitas Negeri Yogyakarta bekum lama ini. Olahraga adalah sebuah “program”. Ibarat obat, olahraga harus memiliki ukuran-ukuran yang biasa kita sebut “dosis” yang terdiri dari frekuensi, intensitas, durasi, dan tipe olahraga, agar mendapat kemanfaatan untuk kesehatan.

Hal yang harus dicatat, kata dia, bagaimanapun olahraga adalah suatu aktifitas yang memberikan stress fisik pada tubuh sehingga dapat menimbulkan risiko terutama pada lansia yang telah memiliki penyakit bawaan (komorbiditas). Karena itu identifikasi faktor-faktor risiko sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang timbul akibat berolahraga.

“Pengelompokan berdasar risiko (risk stratification) perlu dilakukan agar kita mengetahui mana kelompok yang perlu dilakukan pengawasan saat berolahraga dan mana yang diizinkan untuk mandiri,”kata dia.

Pemeriksaan kebugaran di awal juga perlu dilakukan sebelum  program latihan. Hal tersebut bermanfaat untuk mengetahui secara lebih detail komponen apa saja yang perlu dilatih dan dapat digunakan sebagai data awal untuk evaluasi program latihan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement