REPUBLIKA.CO.ID, Stres yang kemungkinan menerpa jamaah haji disebabkan oleh berbagai faktor. Tidak hanya lingkungan yang berbeda yang memicu stres, cuaca yang sangat berbeda dari negara asal juga bisa jadi pemicunya. Rasa cemas, panik dan bingung yang seringkali dialami jamaah adalah gejala stres.
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia, Fidiansyah, memaparkan, banyak sekali jamaah haji yang baru saja sampai embarkasi sudah stres. “Hal ini karena jamaah haji bertemu dengan orang lain yang memiliki kebiasaan berbeda. Si jamaah menjadi merasa asing,” jelasnya.
Stres yang sudah menerpa sejak di Tanah Air ini akan berlanjut saat di perjalanan ke Tanah Suci yang ditempuh lebih dari 10 jam. Begitu sampai, iklim yang sangat panas dan ekstrim juga akan menyumbang rasa stres jika tidak diantisipasi.
Menurut Fidiansyah, suhu udara panas yang mencapai 40 derajat celcius akan memicu dehidrasi. Elektrolit yang keluar dari tubuh sangat penting untuk jalannya fungsi otak.
“Jika dehidrasi tidak segera diatasi, maka akan mengganggu fungsi otak. Pikiran menjadi tidak fokus dan bisa mengalami gangguan emosi seperti mudah marah dan bingung,” ujarnya.
Acapkali jamaah haji tidak memperbanyak porsi minumnya karena takut buang air kecil yang membatalkan wudhunya. Harus dipahami oleh jamaah haji agar sering minum. Jika menyebabkan sering buang air kecil tidak masalah. Karena jika mengalami dehidrasi, akibat yang diterima akan lebih parah.
Stres karena suhu tinggi dan juga lingkungan sekitar yang sangat berbeda dari asal ini berdasarkan kajian Fidiansyah kemungkinannya 15-20 persen bagi jamaah berusia muda dengan kondisi tubuh masih bugar. Artinya, satu diantara lima orang bisa saja mengalami stres.
Gangguan emosi ini pun semakin parah seiring semakin lanjutnya usia. Pada lansia, persentase timbulnya stres akibat cuaca dan lingkungan sekitar 30-40 persen. Atau diantara tiga orang ada satu jamaah yang stres. Karena pada lansia fungsi organ tubuh sudah menurun dibandingkan usia muda.
Jika gejala cemas, bingung, panik sudah mulai dialami oleh jamaah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai antisipasi diri. Yaitu segera minum air yang banyak agar kebutuhan elektrolit atau cairan tubuh tidak kurang.
Atau saat bingung mulai mendera, jamaah haji bisa mencari atribut Indonesia baik bendera atau label merah putih yang tersemat di jamaah lainnya. Setidaknya, di gedung tempat bendera merah putih dikibarkan atau jamaah yang menggunakan atribut merah putih bisa membantu mengarahkan ke sektor tempat jamaah Indonesia.
“Berbeda kloter tidak masalah, yang penting rasa cemas dan panik serta bingung bisa diredam saat bertemu dengan sesama Indonesia,” kata Fidiansyah.
Di sisi lain, lansia sangat dianjurkan mempunyai pendamping. Kendala fisik, adaptasi di tempat baru dan juga suhu yang sangat panas bisa diantisipasi jika ada pendamping. Jika tak ada pendamping, maka jamaah bisa secara rutin melaporkan kondisi kejiwaannya kepada ketua regu.
Ketua regu dan ketua rombongan nantinya akan memantau perkembangan kesehatan jamaah, sehingga bisa antisipasi jika ada jamaah yang membutuhkan bantuan.