Senin 01 Sep 2014 17:07 WIB

Bahrawi, Naik Haji dengan Batu Kapur (1)

Rep: Ahmad Baaras/ Red: Agung Sasongko
Dua orang pekerja melakukan pengemasan batu kapur yang telah diolah di Ciampea, Bogor, Jabar, Rabu (23/11). Batu kapur yang dijual seharga Rp. 200 ribu/meter kubik tersebut digunakan sebagai bahan baku berbagai kebutuhan industri seperti pabrik baja, kebut
Foto: Antara
Dua orang pekerja melakukan pengemasan batu kapur yang telah diolah di Ciampea, Bogor, Jabar, Rabu (23/11). Batu kapur yang dijual seharga Rp. 200 ribu/meter kubik tersebut digunakan sebagai bahan baku berbagai kebutuhan industri seperti pabrik baja, kebut

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sudah lama Bahrawi berdiskusi dengan istrinya tentang keinginan dan rencana mereka untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan keinginan itu sudah dipendamnya sejak mereka menikah 1981 lalu. Namun keinginan guru mengaji yang juga pengelola sebuah tarbiyatul atfal di desanya untuk menjadi tamu Allah, itu baru akan terwujud tahun ini.

"Saya sudah menyelesaikan kewajiban-kewajiban di Kementerian Agama dan kini tengah mengikuti berbagai persiapan, termasuk pemeriksan kesehatan dan mengikuti pelatihan manasik haij," kata Bahrawi pada ROL, Senin (1/9).

Bahrawi berasal dari Desa Jakan Parseh, Kecamatan Soddakh, Kabupaten Bangkalan, Madura Jawa Timur. Namun dia memutuskan mendaftar menunaikan haji melalui Bali, karena sejumlah keluarganya yang telah lama menetap di Bali juga berkeinginan menunaikan ibadah yang sama.

Mereka mendaftar haji lima tahun lalu dengan jumlah sebelas orang dan tahun ini sepuluh orang anggota keluarganya telah masuk sebagai jamaah calon haji asal Bali. Seorang lainnya tidak berangkat karena meninggal sebulan yang lalu.

Persiapan Bahrawi berangkat menunaikan ibadah haji dilaluinya dengan perjuangan yang berat. Tapi keinginannya yang besar untuk bisa berkunjung ke Baitullah, semua rintangan dilaluinya dengan perasaan besar hati.

Lima tahun lalu sebut Bahrawi, dia dan istrinya mendaftar haji melalui Bank Muamalat Denpasar dan dia hanya punya dana sebesar Rp 20 juta, sementara untuk uang muka haji p 25 juta. Padahal dia ingin menunaikan ibadah haji bersama istrinya.

"Oleh Bank Muamalat saya ditawari pinjaman untuk menutupi kekurangan uang muka agar saya bisa berangkat dengan istri," katanya.

Beberapa bulan lalu kata Bahrawi, dia mendapat kabar kalau nomor porsinya sudah berhak berangkat, namun dia terlebih dahulu harus melunasi pinjaman talangan uang muka yang masih tersisa Rp 4,5 juta. Padahal kata Bahrawi, saat itu dia belum memegang uang untuk membayar kekurangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement