Kamis 11 Sep 2014 16:32 WIB

Jadi Petugas Haji, Purwanto Jual Perhiasan Sang Istri (1)

Rep: c72/ Red: Agung Sasongko
Purwanto dan istri
Foto: Dok. Pribadi
Purwanto dan istri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2001, untuk kali pertama Purwanto pergi ke tanah suci. Sebagai seorang staf di Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama (Kemenag) DKI Jakarta, ia diberi amanat oleh instansinya untuk menjadi salah satu petugas yang  akan mendampingi para jamaah selama menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

"Pada musim haji tahun 2001 merupakan keberangkatan saya ke tanah suci untuk yang pertama kalinya, saat itu saya terpaksa harus menjual seluruh perhiasan milik istri saya," ucap Purwanto. Saat itu, Purwanto pergi sendiri tanpa ditemani istri. Yang membuat istrinya cemas, Purwanto suaminya sangat awam soal kondisi tanah suci.

Kecemasan lain istrinya, uang saku. Istrinya berpandangan kendati suaminya mendapatkan uang saku dari pemerintah. Namun, dengan miskin pengalaman ada kemungkinan uang saku yang diberikan tidaklah cukup.

"Karena istri saya merasa cemas maka ia menawarkan kepada saya untuk menjual semua perhiasan yang ia miliki saat itu, ia berharap uang hasil penjualan perhiasanya dapat untuk mencukupi kebutuhan saya di tanah suci," ucap pria kelahiran Semarang, 20 Februari 1963 ini.

Awalnya, Purwanto menolak niat baik istrinya. Namun, keikhlasan istrinya itu meluluhkan hatinya. "Ia rela menjual perhiasanya sebagai tanda cinta kepada saya dan Allah. Akhirnya, saya menerima tawaran tersebut," ucap dia. Dari penjualan perhiasan itu, Purwanto mendapat uang tunai sebesar 2 juta rupiah.

Rasa haru mengiringi perjalanan Purwano ke tanah suci. Apalagi perhiasan yang dimiliki istrinya itu merupakan satu-satunya harta berharga. "Setelah saya pulang bertugas dari tanah suci ternyata seluruh uang hasil penjualan perhiasan tersebut masih utuh, bahkan uang saku dari pemerintah pun masih tersisa cukup banyak," ucapnya.

Purwanto juga menjelaskan bahwa akhirnya seluruh uang saku yang merupakan hasil penjualan perhiasan dan pemberian dari pemerintah tersebut seluruhnya ia berikan kepada istrinya. Mulai saat itu ia berusaha sekuat tenaga untuk dapat menabung sehingga dapat melaksanakan ibadah haji bersama dengan sang istri.

"Sepulang dari tugas saya di Tanah Suci saya langsung mersakan perubahan yang drastis dalam hidup saya, saya merasa lebih mantap dalam melakukan ibadah dan merasa lebih bertanggung jawab untuk menjaga sikap saya secara pribadi maupun sebagai umat muslim," ucapnya.

Ia juga mengatakan bahwa setelah pulang dari tanah suci ia juga mengalami banyak peningkatan baik dari aspek karir maupun dari aspek keberkahan rejeki yang ia terima. Seluruh perubahab itu semakin membuatnya yakin bahwa Allah akan selalu menepati janji bahwa Allah akan membalas semua kebaikan yang dilakukan oleh hambanya.

Bahkan setelah tujuh tahun ia akhirnya dapat memenuhi janjinya untuk dapat melaksanakan ibadah haji bersama istri pada tahun 2008. Selain itu setelah beberapa tahun ia menjalani karir di Kanwil Kemenag, akhirnya saat ini ia berhasil menjabat sebagai Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umroh DKI Jakarta.

Hingga saat ini ia telah melaksanakan ibadah haji sebanyak empat kali. Dua diantaranya adalah keberangkatanya ke Tanah Suci sebagai petugas dan dua sisanya adalah kepergianya ke Tanah Suci sebagai jamaah haji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement