REPUBLIKA.CO.ID, Sudah menjadi kemestian bagi jamaah haji atau umrah yang berkunjung ke Tanah Suci membeli buah tangan untuk sanak keluarga di kampung halaman.
Namun, tentu saja berbelanja di negeri yang masih asing bagi jamaah, ada beberapa hal yang mesti diketahui.
Mata uang rupiah diakui oleh mereka. Jadi tak perlu bingung saat kehabisan uang riyal. Bayar saja menggunakan rupiah, karena hampir semua toko menerimanya. Bahkan, tidak hanya toko karena pengemis pun juga menerima.
Hampir semua pedagang memahami dan bisa menggunakan bahasa Indonesia. “Mari masuk… Coba dulu… Sepuluh riyal.. Dua puluh riyal.” Pokoknya bahasa dagang, dari mulai harga sampai kalimat rayuan.
Selain itu, mereka juga punya nama poluler bagi jamaah haji dari Indonesia. Misalkan yang paling banyak dipakai, sebutan Ridwan untuk lelaki, sedangkan untuk wanita biasanya adalah Siti Rahmah.
Jadi, jangan kaget kalau selama di Arab ada yang memanggil dengan nama baru. Namun penggunaan panggilan ‘Siti Rahmah’ biasanya berkonotasi negatif. Sebaiknya jamaah haji ibu-ibu jangan mau dipanggil dengan panggilan ‘Siti Rahmah’.
Saat menukar uang banyak, kita dapati lembaran uang yang sudah lusuh. Tak perlu khawatir, karena selusuh apa pun lembaran uang kertas kita, tetap berlaku untuk belanja dan ditukar kembali.
Bila di Tanah Air, kondisi dolar harus sempurna, licin dan tanpa lipatan. Steril pokoknya, tak boleh ada cacat sedikit pun. Hal ini tentu membuat kita jadi begitu berhati-hati saat membawa dolar. Sementara di negeri Arab tak perlu repot membawa dolar untuk dihargai. Rupiah saja sudah bisa diandalkan untuk bertransaksi jual beli.
Kemudian, wajib menawar. Karena sebagian besar barang-barang yang dijual selalu bisa ditawar. Tapi kalau pedagangnya ngotot tidak bisa kurang, ya jangan dipaksa! Kita bisa mencari tempat lain, yang nyatanya setiap toko mempunyai harga yang beraneka ragam. Jika memang ternyata bisa kurang, kita pasti diminta untuk kembali ke tokonya.
Makanan Indonesia yang melimpah. Bila dulu melihat ada yang menjual bakso atau soto menjadi suatu hal yang langka, maka sekarang tidak lagi. Cobalah melangkah ke food court yang berada di dekat Masjid Nabawi. Banyak kedai makanan yang sebenarnya menjual makanan Arab seperti nasi mandi, kebab atau lainnya ternyata juga menjual menu Indonesia di dalamnya.
Bakso dan nasi campur adalah menu yang paling banyak dijual. Harga sekitar 5-12 riyal untuk baksonya. Jadi, sekarang tidak perlu khawatir bila kurang cocok dengan bumbu Arab, karena kini sudah tidak sulit lagi untuk menemukan semangkuk bakso, sate dan kuliner Nusantara lainnya.
Bagi yang suka wisata kuliner, jangan lewatkan kebab. Rasanya berbeda dengan kebab yang dijual di Jakarta. Isinya daging ayam atau kambing, ada juga potongan sayur dan kentang di dalamnya. Rata-rata harganya sekitar 4 riyal. Jika ingin yang lebih mengenyangkan coba saja beli nasi biryani dengan potongan daging bercampur di nasinya. Harga sekitar 12 riyal, sudah termasuk dengan air mineral.
Sebagaimana di negeri kita dan tempat-tempat lain, harga kaki lima pasti lebih murah dibanding di toko. Di Madinah, banyak pedagang kaki lima yang berjualan di dekat pelataran masjid. Walau memang berbeda kualitas, tapi perbedaan harga cukup jauh dibanding dengan toko.