Oleh: Zaky Al Hamzah
MADINAH – Media Center Haji (MCH) Madinah Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) RI Abdul Djamil mengunjungi dua pemondokan yaitu Mabrusah 2, dan Qosor Adil.
Dua pemondokan ini berada di luar Markaziah, dan jarak pemondokan dengan Masjid Nabawi adalah lebih dari 650 meter.
Kepada Dirjen PHU, para jamaah haji menyampaikan keluhannya. Keluhannya beragam dari kamar yang apek, AC yang tidak dingin, kondisi pemondokan, kamar yang sesak dan membuat tidak nyaman, pasokan makanan sering terlambat, air mampet selama beberapa hari, hingga jarak pemondokan yang cukup jauh dari Masjid Nabawi, sehingga membuat sejumlah jamaah sering terlambat mengikuti shalat berjamaah.
"Kami ini hanya menghendaki keadilan. Kami melihat sebagian jamaah haji Indonesia ini mendapat perlakuan yang sangat baik sekali ditempatkan di Markaziah dengan hotel sekelas bintang lima, tapi pas nasib kami jamaah haji (yang di pemondokan) di luar Markaziah ini seperti ditempatkan di (warung) kaki lima di emperan dengan fasilitas yang sangat minim," protes Umar Junaidi Hasibuan, jamaah haji yang juga Wali Kota Tebing Tinggi (Sumatra Utara) ini menyampaikan keluhannya saat ditemui Dirjen PHU Kemenag Abdul Djamil.
Umar membeberkan alasan kondisi pemondokan di luar Markaziah seperti ditempatkan di warung kaki lima karena di pemondokan tersebut tidak ada transportasi, kamar yang berdempet-dempetan.
"Menurut Pak Dirjen akan ada transportasi untuk shalat lima waktu di Masjid Nabawi, ya itu sudah bagus," tuturnya. Namun, persoalan lain saat itu belum tuntas. Sebab, fasilitas AC masih kurang, sementara suhu udara di Madinah sangat panas.
Suhu di Madinah kadang mencapai 41 derajat celcius. Suhu itu sangat panas bagi ukuran orang Indonesia, apalagi orang daerah atau desa.
Kondisi itu diperparah dengan ketiadaan air untuk mandi pada hari pertama kedatangan jamaah haji kloter 13 ini. "Tidak ada air, tetapi setelah kita protes ada pompa baru, kemudian airnya keluar," bebernya.
Orang nomor satu di Tebing Tinggi juga memprotes menu makanan yang sajikan. Menu makanan yang disediakan perusahaan katering dinilai monoton. "Setiap hari menunya monoton, itu-itu saja. Kadang mengantar makanan tidak ada mineral water (air bening), saya ikut ke sini karena memang ingin tahu situasi yang sebenarnya," ujar Umar Junaidi Hasibuan.
Dia berharap Kemenag RI melakukan pembenahan. Sehingga ke depan tidak ada lagi persoalan yang sama yang dialami jamaah haji Indonesia.
"Karena itu, kami sampaikan kepada Pak Dirjen agar dibenahi fasilitas-fasilitas ini. Banyak sekali kekurangan yang ada di sini (pemondokan di luar Markaziah). Kita tahu mengurus jamaah haji (itu) repot, tapi hendaklah adanya keadilan," katanya.
Dia mendesak Kemenag segera melakkan proses perbaikan sehingga 17 ribu jamaah haji yang ditempatkan di pemondokan di luar Markaziah merasakan dampak keadilan pelayanan selama menjalani ibadah haji di Arab Saudi.