Oleh: Zaky Al Hamzah
MADINAH –Madinah Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) RI Abdul Djamil mengunjungi dua pemondokan yaitu Mabrusah 2, dan Qosor Adil.
Dua pemondokan ini berada di luar Markaziah, dan jarak pemondokan dengan Masjid Nabawi adalah lebih dari 650 meter.
Kepada Dirjen PHU, para jamaah haji menyampaikan keluhannya. Keluhannya beragam dari kamar yang apek, AC yang tidak dingin, kondisi pemondokan, kamar yang sesak dan membuat tidak nyaman, pasokan makanan sering terlambat, air mampet selama beberapa hari, hingga jarak pemondokan yang cukup jauh dari Masjid Nabawi, sehingga membuat sejumlah jamaah sering terlambat mengikuti shalat berjamaah.
Abdul Djamil terlihat sabar mendengarkan keluhan para jamaah. Setelah mendengar keluhan para jamaah, Abdul Djamil meminta jamaah haji agar bersabar dan menjelaskan bila kondisi tersebut bukan murni kesalahan Kemenag RI, akan tetapi kesalahan dari para Majmuah yang ingkar janji kontrak sehingga menempatkan jamaah haji di luar Markaziah.
Untuk solusi sementara, para Majmuah didesak menyediakan bus-bus gratis bagi jamaah haji untuk pergi dan pulang dari Masjid Nabawi. Dirjen PHU Abdul Djamil berpesan agar angkutan itu ditambah dan diprioritaskan untuk jamaah haji risiko tinggi (risti) atau lanjut usia. Mendengar hal tersebut, para jamaah yang sempat ingin dipindahkan ke hotel yang lebih layak, akhirnya menarik napas lega.
Kepada Media Center Haji (MCH) Madinah, Abdul Djamil menyatakan pihaknya makin percaya bila kondisi penempatan jamaah haji di pemondokan di luar Markaziah akibat tindakan wanprestasi Majmuah terhadap kontrak yang telah diteken bersama.
Apalagi, Kemenag bersama 10 pemilik Majmuah dan pemilik 10 perusahaan katering sudah menggelar pertemuan rapat koordinasi terakhir persiapan menyambut jamaah haji Indonesia pada 28 Agustus 2014.
Dalam pertemuan itu, ujar Abdul Djamil, tak ada Majmuah yang membatalkan isi kontrak dan sanggup melayani ribuan jamaah haji Indonesia Kloter 1 yang tiba pada Senin 1 September 2014 lalu.
"Tapi kita kaget kalau ada pembatalan yang terkesan mendadak, sehingga saat akan memindahkan jamaah di pemondokan yang layak, waktu (kita) sangat mepet. Sehingga kita tidak ada alternatif karena jamaah haji (kloter 1) sudah bergerak ke Madinah. Sehingga kita prioritaskan jamaah haji ditempatkan di Madinah. (Intinya) jangan sampai jamaah terlantar," ujarnya.