Oleh: Zaky Al Hamzah
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Ada-ada saja perilaku Patimah Abdulllah binti Abdullah. Nenek berusia 75 tahun berontak kepada petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia beberapa menit setelah turun dari pesawat dan keluar dari gate imigrasi Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Kamis (18/9) sore waktu arab saudi (WAS).
"Nenek ini ingin pulang, teringat anak-anaknya di Kalimantan," ujar Ahmad Mustofa, ketua rombongan 7 Kelompok Penerbangan (Kloter) 1 Embarkasi Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsek) ini.
Aksi berontak jamaah haji asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini, membuat kewalahan petugas PPIH. Tidak ingin aksinya mengganggu jamaah lain, nenek ini dibawa petugas ke Klinik Kesehatan (Oktagon) yang terletak di Plaza Bandara Jeddah. Nenek ini kemudian mendapatkan suntikan untuk menenangkan diri. Sejumlah petugas kesehatan dibantu wartawan Media Center Haji (MCH) sampai berupaya merayu nenek ini agar tenang.
Meski sudah disuntik dan dirayu berkali-kali, Patimah yang sudah bungkuk ini sekonyong-konyong berlari. Berulang kali Nenak Patimah ingin 'melarikan diri'. Petugas kesehatan Daerah Kerja Jeddah berusaha 'mengamankannya' supaya petugas keamanan Arab Saudi tidak 'mencokoknya' karena dianggap mengalami gangguan jiwa.
Petugas dengan nenek terjadi tarik menarik. Ucapan yang keluar adalah bahasa daerah Banjar, sehingga membuat bingung sebagian besar petugas kesehatan dan wartawan MCH. Untungnya ada jamaah asal Banjarmasin yang memahami ucapan si nenek ini. Nenek ini mengaku ingat terus dengan nasib anaknya di Banjarmasin. "Anak saya tidak ada yang urus," kata dia logat bahasa Banjar yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Bahkan, ketika petugas meminta agar nenek ini memakan snack yang ada di tas kecilnya, nenek ini bilang kalau snack itu untuk anaknya di Banjar.
"(Snack) ini untuk anak saya, kasihan," tuturnya.
Kendati sudah dirayu berulang kali, nenek ini berusaha 'kabur'. Sesekali berontak ingin ke luar dari klinik, sehingga tim medis mencoba mendudukkan si nenek ini. Tapi upaya ini tidak mudah, berulang kali ia melakukan perlawanan, bahkan mengigit salah satu tangan tim medis. "Jangan paksa aku disuntik, itu pelanggaran HAM," teriak di nenek. Kata dia lagi,
"Kenapa orang harus dipaksa-paksa. Saya tahu hukum, nanti saya laporkan kalau saya dipaksa-paksa terus," katanya dengan dialek bahasa Banjar.
Dengan berbagai upaya, Nenek Patimah akhirnya berhasil disuntik. Namun ia masih tetap 'garang', masih membentak-bentak petugas. "Kasihan anakku di rumah. Aku tak mau minum," kata dia. Petugas terus merayu sang nenek agar mau minum dan makan.
Nenek Patimah akhirnya 'dibebaskan' setelah bus yang akan membawanya ke Makkah siap berangkat. Namun petugas tidak membiarkannya berjalan sendirian. Ia dituntun dokter Diani dan tim medis, Rostiqa. Di dalam bus, Nenek Patimah mulai terlihat tenang dan mengantuk. Obat penenang yang disuntikkan dokter rupanya mulai beraksi. Ahmad Mustofa mengaku akan menjaga nenek Patimah selama beribadah di Makkah. Selain nenek Patimah, dua jamaah haji perempuan Kloter 1 Embarkasi Banjarmasin ini juga menjalani rawat jalan di Klinik Kesehatan.