Rabu 15 Oct 2014 09:01 WIB

Sejarah Kota Jeddah (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Pelabuhan Jeddah, Arab Saudi.
Foto: Arabianbusiness.com
Pelabuhan Jeddah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Sekitar Abad ke-15, seiring dengan Vasco da Gama menemukan Tanjung Pengharapan, Jeddah menjadi salah satu pelabuhan yang diincar oleh armada Portugis untuk dijadikan daerah koloni dan pusat kekuatan.

Jeddah pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk dari Mesir dan sebagai gubernurnya adalah Husein Al-Kurdi. Husein adalah sosok yang gigih menentang penjajahan Portugis.

Pada tahun 1517 Jeddah jatuh ke tangan Turki, dan setelah Turki menyerah kepada Inggris (1910-1925), kota ini merupakan bagian dari kerajaan Hijaz. Selanjutnya, Jeddah berada di bawah kekuasaan Abdul Aziz Ibnu Saud dan dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan kerajaan Arab Saudi.

Renovasi dan modernisasi Kota Jeddah sebenarnya dimulai setelah usai perang dunia kedua. Pembangunan gedung-gedung dan jalan-jalan dilakukan secara bertahap dan berjalan dengan cepat karena disokong oleh dana yang besar.

Dana tersebut diperoleh dari hasil kekayaan alam yang dimiliki oleh kerajaan Arab Saudi yang demikian melimpah ruah, terutama dari sektor penghasilan minyak bumi.

Seiring dengan itu, wajah kota ini berubah dari wilayah gersang dan buruk menjadi kota yang indah dan sejuk dipandang mata. Pembangunan gedung-gedung dan jalan-jalan yang membelah kota melancarkan roda komunikasi, sehingga Jeddah berubah menjadi sebuah kota metropolitan.

Sebagai kota pelabuhan dan perdagangan, kota ini disibukkan oleh kegiatan bongkar muat barang, baik impor maupun ekspor. Dari sinilah masuknya barang-barang luar negeri untuk keperluan pembangunan dan kebutuhan rakyatnya.

Dari pelabuhan Jeddah juga dikapalkan komoditi ekspor berupa minyak, gom arab, kulit binatang dan mutiara, hasil kerajinan, seni anyaman, tembikar, pakaian, barang-barang keagamaan, perikanan, pencarian mutiara dan lain-lain.

Dengan demikian, Jeddah mampu memberikan devisa yang sangat besar bagi pembangunan dan kemajuan perekonomian negara Arab Saudi. Jeddah juga berfungsi menjadi tempat penyaluran sebagian kekayaan yang dimiliki Arab Saudi ke negara-negara Islam, baik dalam bentuk kontrak kerja, bantuan, maupun pinjaman.

Ketika Portugis memonopoli perdagangan, Jeddah telah menampakkan peranannya sebagai pusat komersial disamping sebagai pelabuhan haji. Kota ini merupakan pelabuhan transit bagi kapal-kapal dagang, baik dari Mesir, India, dan Timur Jauh.

Ketika Terusan Suez dibuka pada 1869, Jeddah semakin penting peranannya sebagai pelabuhan utama yang harus dilalui oleh kapal-kapal dagang dari berbagai negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement