REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Nasib malang menimpa Ruadah Dayun Singodimerto, seorang jamaah haji asal Dusun Tegalan, Desa Susukan, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Dia gagal dipulangkan ke Tanah Air lantaran paspor miliknya terbawa oleh salah seorang temannya yang kini sudah berada di Tanah Air.
Ruadah seharusnya pulang dengan kelompok terbang (kloter) Solo (SOC) 47 yang bertolak ke Indonesia pada Jumat (16/10) pukul 05.30 waktu Arab Saudi. Namun, karena wanita kelahiran Pemalang, 21 Mei 1954 ini tidak bisa menunjukkan paspornya sesaat sebelum masuk ke bandara, maka dia tidak bisa dipulangkan.
“Sebelumnya paspor ada, sudah distempel, tapi terus hilang,” kata Ruadah di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Azis (AMAA), Jumat (16/10) malam.
Ruadah terlihat sedih lantaran tidak bisa pulang bersama kedua anaknya, Sri dan Kusnadi. Hilangnya paspor Ruadah segera direspons anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah, Hasan. Hasan segera berkoordinasi dengan Manajer Operasional Garuda Indonesia di Bandara Madinah, Rudita Yuwana dan Kepala Daker Bandara Jeddah-Madinah Nurul Badruttamam. Rudita dan Nurul langsung membuat surat kepada Kantor Urusan Haji Indonesia di Jeddah yang menyampaikan keterangan bahwa Ruadah keluar dari kloter SOC 47.
“Kita segera urus SPLP (surat perjalanan laksana paspor, Red) yang bersangkutan agar bisa dipulangkan,” kata Nurul.
Namun, lantaran proses pembuatan SPLP membutuhkan waktu dan otorisasi pejabat terkait, Ruadah tetap tidak bisa dipulangkan bersama kedua anaknya. Kedua anak Ruadah pun terpaksa terbang lebih dulu dan menunggu ibu mereka di Asrama Haji Donohudan, Solo.
Sambil menunggu penyelesaian SPLP, Ruadah dibawa ke kantor Daker Madinah di daerah Mashanie, sekitar satu kilometer dari Masjid Nabawi. Ruadah pun diberi tempat istirahat. Pada Jumat malam, setelah SPLP selesai, Ruadah kembali dibawa ke Bandara AMAA Madinah untuk dipulangkan bersama rombongan kloter SOC 48. “Ini saya sudah pusing, mau cepat pulang,” ujar Ruadah.