REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menginjakkan kaki di Tanah Suci membuat calon jamaah haji ingin segera memaksimalkan ibadah hingga akhir prosesi musim haji. Namun seringkali menjadi catatan jamaah adalah semangat tersebut memunculkan keegoisan diri dalam beribadah.
Ustaz Teuku Otman Trumay, Pembimbing Haji Maktour mengatakan keegoisan dalam beribadah ini memunculkan semangat dan nafsu yang besar beribadah sedangkan tenaga kurang.
Misalnya jamaah haji yang baru sampai di Madinah, terlalu memporsir tenaga beribadah. Terkadang bolak balik Raudhah, habis itu shalat dan itikaf di masjid sampai lupa makan. Cara beribadah seperti ini, ditegasknanya tidak dibenarkan.
"Semangat menggebu-gebu ibadah di awal saja, namun akhirnya kehilangan tenaga saat ibadah inti badan sudah kelelahan. Nafsu besar tenaga kurang dalam beribadah inilah perlu dihindari," kata dia kepada republika.co.id, Kamis, (11/8).
Menurutnya, Allah sebenarnya tidak senang dengan cara beribadah seperti itu. Selama ibadah haji, jamaah tetap harus ingat utamakan mengejar ibadah yang wajib dibandingkan yang sunnah, yang berujung menimbulkan kemudharatan.
Ibadahnya boleh seperti biasa, tapi nilainya yang menjadi luar biasa. Kenapa, karena jamaah haji berada di tempat yang mustajabah. Shalat di Masjidil Haram misalnya, nilai pahalanya 100 pahala seperti shalat di 100 ribu masjid yang lain. Begitu pula di Masjid Nabawi nilainya 1000 kali lipat di masjid lain.
Jadi ibadah seperti biasa ternyata memiliki nilai pahala yang luar biasa. Allah paling senang kalau umatnya beribadah tidak egois, dia pikirkan juga kesehatan dan kemampuan tubuhnya. Ibadah semampunya, dan yang tidak kalah penting menjaga silaturahim dengan sesama rombongan haji.
Sebab di tengah membludaknya jamaah dari seluruh dunia, ikatan antara sesama jamaah dalam satu rombongan sangat penting. Ini memberi pesan ibadah di tanah suci bukan hanya Habluminnallah, hubungan kepada Allah saja. Tetapi juga menjaga hubungan sesama manusia, habluminannas.
"Semua aktivitas yang baik di Tanah Suci bisa menjadi ibadah, tergantung masing-masing mengaturnya. Atur waktu dan istirahat, agar pola ibadahnya menjadi lebih menyenangkan," ujar dia.