Senin 29 Aug 2016 11:31 WIB

PPIH Saudi Perketat Distribusi Katering di Armina

Karyawan di salah satu dapur perusahaan katering tengah menyiapkan konsumsi bagi jamaah haji Indonesia di Madinah, Rabu (24/8). (Republika/ Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Karyawan di salah satu dapur perusahaan katering tengah menyiapkan konsumsi bagi jamaah haji Indonesia di Madinah, Rabu (24/8). (Republika/ Amin Madani)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Tim Katering Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi berkomitmen mengatasi dua permasalahan krusial layanan katering di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), yaitu keterlambatan distribusi dan ketidaksesuaian gramasi atau takaran/menu.

Komitmen itu disampaikan Kepala Bidang Katering Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Elmiyati Masyuhur di Makkah terkait hasil inspeksinya ke 18 perusahaan katering yang akan bertugas di Armina.
 
"Keterlambatan bisa jadi karena masalah sarana. Namun, tahun lalu kasus keterlambatan distribusi terjadi karena ada tenda jamaah yang roboh sehingga mereka harus mengungsi tidak di dalam satu maktab. Jadi satu maktab itu harus berpencar di beberapa tempat sehingga memperlambat proses distribusi," katanya, Senin (29/8).
 
Untuk mengantisipasi keterlambatan, Elmiyati mengaku telah dan akan terus memperketat pengawasan pada saat pendistribusian. Khusus pengawasan katering di Armina, kata dia, pemerintah telah merekrut 104 tenaga musiman untuk bekerja selama fase Arafah dan Mina.
 
Ia menjelaskan untuk setiap maktab akan ditempatkan dua orang yang bertugas melakukan pengawasan pada saat distribusi. Selain itu, ada juga tim koordinator katering maktab yang akan membawahi sembilan maktab.
 
"Itu yang ikut bekerja sama mengawasi katering di dapur," katanya.
 
Terkait permasalahan ketidaksesuaian gramasi atau takaran makanan, Elmiyati mengaku akan memberlakukan proses pengawasan sejak dari pengemasan sehingga jika ada kekurangan bisa langsung ditambah. "Sebelum packing (pengemasan) selesai, kita sudah bisa informasikan tidak boleh standar gramasi tidak sesuai. Kita mandorin saat packing," katanya.
 
 
Selain masalah distribusi dan gramasi, tim katering juga melakukan pengawasan menu. Menurut Elmi, menu yang harus disajikan adalah menu masakan Indonesia yang telah disusun bersama tim dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung. "Kita juga konsultasi dengan ahli gizi. Jadi menu yang kita buat sudah memenuhi standar gizi," katanya.
 
pemilik PT Tasneem Husni Husein memastikan telah mengantisipasi keterlambatan dengan menyiapkan bahan baku dalam jumlah yang berlebih, terutama saat di Arafah mengingat tingkat kesulitan yang tinggi dalam arus masuk barang. "Kalau Mina jika ada kekurangan masih bisa didrop kemudian. Kalau di Arafah kita harus lebih. Jadi semua insya Allah tidak ada kekurangan baik di Arafah maupun Mina," katanya.
 
Ia mengatakan, peralatan dapur miliknya akan mulai diangkut ke Armina pada 2 September atau sepakan sebelum puncak haji atau ibadah wukuf. Pengangkutan alat dan bahan baku dilakukan lebih awal karena pada 5 September, tidak boleh ada kendaraan yang masuk ke Arafah.
 
Di gudangnya, Tasneem tampak telah menyiapkan beragam peralatan masak dan bahan baku seperti beras, minyak, dan mi instan. "Alhamdulillah peralatan dan bahan bahu sudah siap hampir 80 persen. Sisanya langsung dari lokasi kita bawa ke Arafah dan Mina," katanya seraya menyebutkan akan mulai menempatkan tukang masak, tukang bungkus dan staf pada 7 September.
 
Selama prosesi Armina, jamaah haji Indonesia akan menerima layanan 15 kali makan dan satu kali kudapan. Paket kudapan yang berisi roti manis, kurma, mi instan, jus buah dan air mineral 3 x 330 itu akan diberikan kepada jamaah haji sebagai bekal menuju Muzdalifah. Sementara paket makan yang disertai dengan paket kopi dan sambal atau kecap botol akan diberikan di Arafah dan Mina.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement