Rabu 31 Aug 2016 22:19 WIB

'Evaluasi, Proses Tunggu Calhaj Jelang Pemberangkatan'

Jamaah calon haji (calhaj) Indonesia (ilustrasi).
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Jamaah calon haji (calhaj) Indonesia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Tiap tahun jumlah jamaah haji yang meninggal cukup besar. Hingga hari ke 21 pemberangkatan tahun ini, sudah 35 calon haji (calhaj) meninggal di Tanah Suci. Kelelahan yang berakibat sakit menjadi faktor dominan meninggalnya calhaj.

Menurut anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan Ahmad Zainuddin, calhaj yang meninggal tidak lama setelah tiba di Tanah Suci umumnya karena mereka lelah sehingga sakit. Kelelahan yang diderita para jamaah, ungkap dia, karena panjangnya proses tunggu yang harus dijalani mereka menjelang berangkat ke Tanah Suci.

"Jamaah ini kan banyak dari kampung. Perjalanan menuju asramanya saja sudah jauh, bisa berjam-jam. Mereka kumpul dulu di kabupaten, kemudian dilepas ke asrama. Sudah harus masuk asrama sehari sebelum terbang. Di bandara pun, mereka masih harus menunggu 4-5 jam sebelum take off. Proses ini yang membuat fisik jamaah lelah. Ini perlu dievaluasi," ujar Zainuddin di kompleks DPR-MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (31/8).

Saat Tim Panja Kesehatan Komisi IX DPR RI melakukan kunjungan spesifik ke Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan akhir pekan lalu, Zainuddin menemukan banyak jamaah calhaj yang terserang sakit karena lelah di perjalanan. "Ada jamaah calon haji yang sampai stres. Ada yang dirawat. Mereka kelelahan, perjalanan jauh. Baru sampai asrama sudah sakit. Perjalanan ke Jeddahnya saja bisa 4-5 jam. Lama antre di imigrasi. Banyak yang belum pernah naik pesawat. Jadi bertumpuk faktornya," ujar politisi PKS ini.

Di sisi lain, jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan pemerintah di embarkasi Makassar tidak seimbang dengan jumlah jamaah calhaj yang membutuhkan layanan kesehatan. Dalam kunjungannya tersebut, politisi asal dapil Jakarta Timur ini melihat, hanya ada 1 dokter dan 2 perawat yang bersiaga di klinik kecil embarkasi Makassar.

"Mereka harus melayani 27 kloter dari 8 provinsi yang dipusatkan di embarkasi Makassar. Setiap kloter 450 calon jamaah haji. Ini tidak akan maksimal melayani jamaah. Kliniknya saja ukuran sekitar 12 x 12 meter," ucap Zainuddin.

Karena itu, pemerintah harus terus melakukan evaluasi dalam memberi pelayanan kesehatan serta sistem persiapan keberangkatan agar jamaah haji tidak kelelahan sebelum tiba di Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. "Ada proses yang harus dipangkas," katanya.

Misalnya, dia memberi contoh pemangkasan itu, apakah dengan menambah jumlah embarkasi. Pasalnya, menurut Zaudunddi, satu embarkasi untuk 8 provinsi, terlalu banyak. "Banyaknya jumlah calhaj sehingga waktu tunggu keberangkatan jadi panjang. Pelayanan kesehatan juga harus maksimal, jangan standar minimal," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement