Kamis 08 Sep 2016 09:55 WIB

Sultan Turki, Politik Haji, dan Makkah Menjelang Wukuf

Jamaah tidak boleh masuk karena ruang di dalam Masjidil Haram, Makkah, sudah penuh jelang shalat Jumat pada 12 Agustus 2016.
Foto:
Suasana pasar kambing Kakiah di Makkah, Senin (5/9). (Republika/ Amin Madani)

Suasana kota pun kini sangat hiruk-pikuk. Jalanan Makkah macet total karena mulai banyak ruas jalan yang ditutup. Pedagang kaki lima tiba-tiba ikut menyesaki trotoar. Mereka berjualan apa saja, mulai dari makanan, perlengkapan shalat, pakain, aneka buah kurma, tasbih, dan lainnya.

Khusus untuk hunian calon haji asal Indonesia, di dekat penginapan mereka juga muncul aneka pedagang asongan yang menjual segala keperluan jamaah haji. Segala makanan Indonesia tiba-tiba bermunculan, mulai dari pecel, tempe, bakso, rawon, dan aneka jenis makanan lainnya.

Meski begitu, kepada jamaah disarankan agar tetap waspada dengan tidak makan sembarangan aneka panganan yang dijajakan di pinggir jalanan hunian mereka, karena banyak debu beterbangan. Sebab, sangatlah berbahaya mengonsumsi makanan yang tidak bersih karena penyakit diare bisa mengancamnya. Dan kasus penyakit ini selama ini pun kerap menimpa jamaah. Apalagi bersamaan dengan masa puncak haji, mulai dijumpai banyaknya lalat yang  beterbangan. Seleksi terhadap makanan saat itu menjadi hal yang sangat penting.

Di pinggiran Makkah, pasar kambing Kaqiyah juga sudah dipenuhi aneka jenis hewan yang akan dipakai sebagai alat pembayaran dam. Unta-unta dan kambing sudah berdatangan. Hewan tersebut, selain berasal dari negara Saudi Arabia, juga didatangkan dari negeri tetangga seperti Mesir. Para petugas pemotong hewan yang kebanyakan keturunan atau mempunyai ras Afrika sudah menyesaki tempat tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement