REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Tampaknya kepurusan Pemerintah Saudi baru-baru ini untuk memaksakan biaya tambahan 2.000 riyal tidak mempengaruhi arus jamaah umroh. Pasalnya, biaya tambahan kepada jamaah yang umrah lebih dari sekali per tahun itu, tampak tidak berpengaruh kepada gelombang jamaah pada musim awal umrah tahun ini.
Sebagian besar jamaah dan operator umrah tetap meminta pihak terkait meninjau keputusan tersebut. "Ini adalah pukulan besar untuk operator umrah, kami merasa sulit untuk mendapatkan jamaah karena biaya baru," kata salah satu agen umroh dari Kerala, seperti dilansir Saudi Gazette, Kamis (29/12).
Senada, Mohammed yang merupakan jamaah asal Afrika Selatan mengatakan, Saudi memang memiliki hak untuk menerapkan biaya kepada jamaah. Tapi, ia menekankan, biaya yang dikenakan setidaknya harus di bawah 500 riyal.
Meski begitu, kontroversi biaya itu tidak mempengaruhi niatnya melaksanakan ibadah umrah. Pasalnya, Mohammed merasa selalu berhasil mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk mengunjuki Makkah setiap tahun, berkat karunia Allah SWT.
"Saya telah memutuskan untuk datang umroh setiap tahun, terlepas dari biaya itu akan dikenakan atau tidak, ini adalah umroh saya ke-32," ujar Mohammed.
Saudi Gazette turut bertemu jamaah umrah muda asal Indonesia di Masjidil Haram, dan beberapa dari mereka telah membayar biaya 2.000 riyal tersebut. Akbar, salah satu jamaah, meyakini, biaya itu akan menurunkan jumlah orang Indonesia yang umrah.
"Kami berharap Raja Salman akan mencabut biaya umrah dalam menanggapi doa-doa dan permohonan Muslim dari seluruh dunia," kata Akbar.