Kamis 05 Jan 2017 14:40 WIB

Salah Kaprah di Jabal Rahmah

Rep: c64/ Red: Agung Sasongko
Jabal Rahmah
Jabal Rahmah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA --  Seorang jamaah umrah, sebut saja namanya Muslim, baru saja pulang menunaikan ibadah umrah. Ia pun sangat gembira bisa menunaikan ibadah umrah.

Namun, dibalik keceriaannya itu, ia menyimpan rasa cemas dan penuh harap. ''Saya memiliki seorang anak perempuan yang sudah menginjak kepala tiga, saya berharap shalat dan doa yang saya panjatkan tatkala di Jabal Rahmah, akan memberikan jodoh terbaik bagi anak perempuan saya,'' ujar pria asal Banten itu kepada Republika, akhir pekan lalu.

 

Muslim mengatakan, saat ia berada di Jabal Rahmah, Padang Arafah, Makkah, banyak orang melakukan ritual seperti shalat dan doa, bahkan ratapan dan tangisan sambil mengusap-usap tugu putih di puncak Jabal Rahmah. Tempat itu, kata dia, memiliki keistimewaan karena di situlah Nabi Adam AS dan Siti Hawa bertemu di planet ini.

 

Ia menceritakan, di batu di perbukitan itu pun mudah ditemui aneka foto, dan coretan bertuliskan keinginan mendapat jodoh yang cantik, tampan, saleh dan salehah bagi yang belum berkeluarga. ''Bahkan ada juga yang menulisnya di karton, kemudian dimasukkan ke sela-sela batu,'' ujarnya.

 

Kisah di atas menggambarkan kondisi sebagian jamaah haji khususnya dari Indonesia. Para jamaah itu seakan menganggap itu merupakan bagian dari ritual yang dianjurkan tatkala berada di Jabal Rahmah, dan melupakan asal muasalnya.

 

Bukit yang terletak di Arafah itu sejak lama dianggap sebagai tempat bertemunya Adam AS dan Siti Hawa untuk pertamakalinya di bumi. Mereka diusir ke bumi karena melanggar aturan Allah.

 

Kalimat kedua paragraf kelima di atas dapat dipertanggungjawabkan karena telah dikisahkan di surat Al-Baqarah ayat 35-37. Namun kalimat pertama, hingga sekarang belum ada satu dalil shahih pun yang membenarkannya.

 

Ulama Islam, Didin Hafidhuddin, mengatakan hingga sekarang dirinya tak menemukan satu dalil shahih yang menyatakan itu tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Situ Hawa. ''Apalagi dalil yang menyebutkan itu tempat istimewa untuk shalat dan berdoa minta jodoh, saya belum pernah menemukannya,'' ujar ulama Islam, Didin Hafidhuddin, di Jakarta.

 

Menurutnya, itu hanya kepercayaan masyarakat yang terus diwariskan ke generasi seterusnya. ''Entah kapan awal munculnya, dan siapa yang memulainya,'' kata dia.

 

Ia mengatakan, pemerintah Saudi Arabia sebenarnya telah menyadari adanya kesalahkaprahan pada sebagian jamaah haji itu. Hal itu, kata dia, terlihat dari tulisan yang tertera di tempat tersebut. ''Di sekitar tempat itu sudah ada tulisan, dilarang shalat di sini, namun jamaah tetap melakukannya,'' ungkapnya.

 

Sehingga, kata dia, solusi terbaik adalah dengan memberikan pemahaman yang benar kepada jamaah haji. ''Harus ada bimbingan sebelum, ketika, dan setelah pelaksanaan haji,'' kata dia.

 

Ia mengatakan, di Makkah dan Madinah memang ada tempat yang lebih istimewa untuk shalat. ''Tempat istimewa itu tiada lain adalah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,'' ujarnya.

 

Sementara Padang Arafah, kata Didin, merupakan tempat wukuf jamaah haji pada 9 Dzulhijjah. Ia menambahkan, Padang Arafah juga memiliki nilai sejarah karena menurut sebagian ulama di tempat itulah ayat terakhir turun, Al-Maidah ayat tiga.

 

Senada dengan Didin, penerjemah buku best seller La Tahzan, Samson Rahman, mengatakan terjadi pergeseran pemahaman yang salah di masyarakat. Hal itu, menurutnya, muncul secara perlahan dan akhirnya mengakar kuat di pikiran masyarakat. ''Akhirnya menimbulkan keyakinan dan kebiasaan yang salah, kata lulusan jurusan studi banding agama, sebuah universitas di Pakistan itu.

 

Menurutnya, keyakinan seperti itu dapat berdampak buruk jika dibiarkan. ''Karena ibadah ritual itu diatur jelas dalam Islam, tak boleh mengada-ada,'' kata dia.

 

Samson mengatakan, kasus itu sedikit mirip dengan kebiasaan sejumlah peziarah makam pahlawan di Banten Lama. Di tempat itu, kata dia, banyak peziarah yang berdoa agar keinginannya dikabulkan. ''Awalnya tujuan berziarahnya bagus yaitu mengingat mati, namun lama-kelamaan bergeser menjadi tempat istimewa berdoa memohon hajatnya di dunia, itu keliru,'' ujarnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement