Kamis 13 Jul 2017 07:51 WIB

Haji Abidin, Petugas Haji; Upaya Mengukur 'Derita Kamu'

Petugas haji dari unsur TNI-Polri mengantarkan jamaah haji tersesat.
Foto:
Petugas haji dari Sektor Khusus, memberi minum kepada calon jamaah haji yang tersesat di Masjid Nabawi, sebelum diantar ke tempat pemondokan. (Republika/Amin Madani)

Memuaskan jamaah haji bukan perkara gampang. Ragam asal daerah, bahasa, selera, kebiasaan membuat PHU harus kreatif membuat inovasi.

Saya pernah menyaksikan satu regu jamaah yang mengeluarkan tempat tidurnya ke lorong-lorong hotel dan selanjutnya tidur melantai pakai tikar yang dibawa dari kampung halaman."Rasanya lebih adem," kata mereka dengan santainya.

Jadi jangan dikira fasilitas AC, mesin cuci, lift, kunci berbentuk ATM akan membuat mereka happy! Belum tentu. Soal makanan, ya sama saja. Orang Jawa suka yang manis, sisanya suka pedas. Rempongkan? Setiap tahun PHU menggandeng perguruan tinggi jurusan tata boga untuk menciptakan menu-menu andalan untuk jemaah. Upaya serius.

Lalu, bagaimana memastikan jemaah puas?.PHU meluncurkan sebuah konsep yang namanya Standar Pelayanan Minimum. Misal, selama di Madinah dan Makkah jemaah akan mendapat fasilitas makanan dengan lauk, sayuran (plus tahu dan tempe lho!) sebanyak 24 kali. Ketika jemaah hanya menikmati 20 kali saja berarti hak dan kepuasan jemaah di bawah standar yang diberikan.

Nah, ketika ini terjadi jamaah boleh kecewa. Tapi kalau sesuai tidak ada alasan untuk menuntut. Ini yang harus dipahami oleh jemaah kita. Ada standar yang sudah ditetapkan. Jangan berharap lebih. Dan ini susah sekali. Bagi saya yang tidak suka sarapan pagi, maka 20 kali rasanya cukup. Berat?, ya begitulah.

Dalam rapat finalisasi kuesioner survei kemaren sore dengan pihak PHU di Lapangan Banteng, saya sempat menyarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana sosialisasi menyampaikan perbaikan-perbaikan atau inovasi yang sudah dilakukan. Tampilkan foto-foto tenda terbaru Arafah yang full AC dengan bahan tahan apinya. Bus-bus upgrade-nya. Buat cerita humanis testimoni para jamaah.

Hal ini perlu dilakukan minimal untuk menkonter sentimen negatif dari gerombolan sumbu pendek yang gemar memposting berita abal-abal. Kurang nasi kotak satu saja teriaknya kencang. Maaf, terbawa perasaan.

Ah, mana ada sih kesempurnaan di dunia ini? Ya anda benar. Sebagai bagian dari petugas haji, walau hanya tukang foto (survei) kami merasakan pedihnya cibiran jamaah yang tidak terpuaskan.

Tapi pahami juga masalah dan kendala yang ada. Yang saya ceritakan di atas baru secuil saja. Kalau dibuat novel mungkin setebal novel-novel Ayat-Ayat Cinta.

Yuk cintai negeri ini, pahami masalah yang ada, beri sedikit ruang untuk saling mengerti tugas dan peran masing-masing, maka kita akan menikmati pelangi di ujung mendung.

Selamat pagi Jakarta. Barakallah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement