Jumat 03 Aug 2018 09:09 WIB

Bimbad Arahkan Pada Keabsahan dan Keselamatan

Program bimbad tahun ini lebih diperkuat.

Jamaah haji Indonesia mendapatkan bimbingan ibadah dari petugas haji di Sektor 2 Makkah.
Foto: Republika/Erdy Nasrul
Jamaah haji Indonesia mendapatkan bimbingan ibadah dari petugas haji di Sektor 2 Makkah.

IHRAM.CO.ID,OLEH ERDY NASRUL dari Makkah

MAKKAH — Jamaah haji antusias mengikuti program bimbingan ibadah (bimbad) di hotel. Dalam kesempatan itu mereka mempertanyakan berbagai hal terkait haji yang belum terjawab selama mengikuti manasik di Tanah Air.

Hal itu terjadi di Sektor 9 Misfalah. “Antusias jamaah di sana begitu besar,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Prof Dr Nizar Ali di kantor Daerah Kerja Makkah pada Kamis (2/8) malam.

Meski acara sudah selesai, jamaah tampak antusias untuk berdialog nonformal bersama pembimbing ibadah di sana. Petugas menyampaikan pandangannya tentang seluk-beluk ibadah haji yang membutuhkan kekuatan fisik.

Program bimbad tahun ini lebih diperkuat. Pada tahun lalu hanya ada empat konsultan ibadah di kantor daerah kerja (daker). Sedangkan tahun ini, petugas bimbad ada di setiap sektor. Selain itu ada juga tiga orang petugas yang tinggal di kantor daker. Mereka menyambangi penginapan jamaah untuk menyegarkan pemahaman manasik haji yang sudah didapatkan jamaah di Tanah Air.

Program ini terjadwal di setiap sektor. Selain petugas sektor, tim bimbingan ibadah di kantor daker juga turun langsung menghadapi jamaah haji. Biasanya mereka menggelar pertemuan pada siang atau sore hari.

Materi bimbad tertulis. Jalannya program terekam dan dilaporkan. “Semuanya terdata. Ini kami maksudkan untuk meningkatkan kualitas ibadah haji,” kata Nizar.

Dirjen mengimbau jamaah tidak memporsir ibadah. Tenaga yang ada hendaknya disimpan untuk puncak haji yang berat. Wukuf di Arafah sudah pasti membutuhkan fisik sehat. Puncak haji itu harus dilakukan di area yang panas. Jamaah berada di dalam tenda untuk beribadah di sana sambil mengenakan ihram.

“Jangan sampai tenaga habis untuk melaksanakan yang afdhal, sementara yang wajib ditinggalkan,” kata Nizar.

Ibadah yang dianjurkan contohnya adalah mencium hajar aswad. Ada ribuan orang mengantre mencium batu hitam tersebut. Mereka rela berdesak-desakkan dan berada dalam kesulitan hanya untuk melaksanakan ibadah sunah itu.

Jamaah disarankan untuk melaksanakn ibadah lainnya. Tidak perlu memaksakan diri mencium batu hitam tersebut. Pembimbing ibadah perlu menyampaikan imbauan semacam itu agar jamaah lebih memprioritaskan haji yang merupakan fokus utama berada di Tanah Suci.

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) harus memperhatikan saran tadi. Mereka harus lebih mengutamakan kemaslahatan bersama ketimbang mengejar ibadah sunah atau afdhaliyah.  “Pembimbing ibadah harus membangun komunikasi dengan mereka dan meyakinkan semua pihak untuk mengedepankan keabsahan, kesehatan, dan keselamatan,” kata Nizar.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Makkah Ansor Sanusi mengatakan materi bimbad banyak merujuk kepada buku “Tuntunan Manasik Haji” yang dikeluarkan Kementerian Agama. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai rentetan ibadah haji mulai pemberangkatan dari embarkasi hingga perpulangan ke Tanah Air.

Fikih haji juga dibahas di dalamnya berdasarkan pendapat para ulama. Tak hanya itu, catatan mengenai situs sejarah yang dikunjungi jamaah diungkapkam sedikit, yang menambah wawasan mereka tentang sejarah Tanah Suci.

“Setiap mengisi bimbingan ibadah, kami selalu mengimbau jamaah untuk membaca kembali buku saku ini. bentuknya kecil dan sederhana. Mudah dipahami,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement