Senin 06 Aug 2018 13:00 WIB

Jamaah Lansia Harus Lebih Waspada

mereka kerap menjadi incaran penjahat yang berkeliaran di titik keramaian.

Petugas kesehatan haji menyemprotka air ke jamaah haji lansia menghindari dehidrasi
Foto: Nashih Nashrullah Republika
Petugas kesehatan haji menyemprotka air ke jamaah haji lansia menghindari dehidrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah

 

MAKKAH— Jamaah haji lanjut usia diimbau meningkatkan kewaspadaannya menjelang puncak haji. Sebab, mereka kerap menjadi incaran penjahat yang berkeliaran di titik keramaian jamaah haji, baik di Makkah maupun Madinah.

Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Jaetul Muchlis mengimbau jamaah lansia tidak berjalan seorang diri. Harus ada yang menemaninya, sehingga selalu terawasi. Orang tak bertanggung jawab, yang mengincarnya sebagai korban, dipastikan tak akan berani berulah.

“Orang tak bertanggung jawab itu ada saja. Kejahatan di mana saja ada, terlebih di titik keramaian,” kata Jaetul di Syisyah pada Senin (6/8).

Mereka mengincar orang lanjut usia, karena tak berdaya. Korban seperti itu sulit untuk memberontak, karena berbagai keterbatasannya. Fisiknya kian lemah. Tak mungkin berlari mengejar penjahat.

Jamaah asal Padang, Asyhari Arif (71 tahun) pekan lalu menjadi korban pencurian. Uangnya 80 riyal dan puluhan ribu rupiah digasak pencuri yang menurutnya mengenakan seragam petugas haji. Pelaku bisa berbahasa Indonesia.

Jaetul menjelaskan, penegakkan hukum perkara ini merupakan kewenangan Polisi Saudi. “Kami hanya bisa mencegah,” kata Jaetul.

Bentuknya berupa imbauan kepada jamaah melalui pesan singkat ke setiap jamaah untuk tidak tampil berlebihan. Pakaiannya misalkan harus yang sederhana. Tak perlu menggunakan perhiasan macam cincin, gelang, dan lainnya.

Barang berharga itu seharusnya tak perlu sampai Tanah Suci. Kalau sudah terlanjur dibawa, maka lebih baik disimpan di hotel. Di sana ada kotak penyimpanan di setiap kamar.

Jika meninggalkan hotel, jamaah tak perlu membawa uang berlebihan. Cukup membawa uang untuk keperluan transportasi, makan dan minum di perjalanan. Jaetul menjelaskan beberapa waktu lalu ada jamaah korban kejahatan yang membawa uang hingga 200 riyal dan belasan juta rupiah. “Untuk apa membawa uang sebanyak itu?” katanya.

Kalau mau membeli oleh-oleh, katanya, tak perlu pula membawa uang hingga ribuan riyal dalam satu waktu. Lebih baik membeli barang yang diinginkan secara berkala. Lagi pula tak perlu membawa barang banyak-banyak sehingga menyulitkan diri sendiri.

Pihaknya juga mengimbau jamaah tak perlu takut dengan pria berseragam petugas haji. Pakaian mereka, kata Jaetul, memiliki nama di bagian depan. “Jamaah bisa melihat namanya, kemudian memanggil itu petugas. Mudah mengenali petugas,” ujarnya.

Kalau jamaah menemukan orang mengaku petugas, sementara pakaiannya lusuh, emblem bendera merah putihnya telah pudar, atau terkesan tak terawat, maka jamaah harus hati-hati. Dia mengatakan, seragam panitia haji setiap tahun selalu baru. Jamaah diimbau melapor kepada petugas terdekat jika menemukan orang-orang mencurigakan.

Jaaetul menjelaskan Masjid al-Haram merupakan titik  yang paling ramai. Jamaah dari berbagai negara berkumpul di sana untuk beribadah. Meski ramai, ada saja penjahat yang nekat menyelinap. Mereka mampu menembus kepadatan jamaah dan beraksi dengan mengambil paksa barang jamaah.

Ada juga yang berpura-pura menawarkan jasa terlebih dahulu. Kemudian ketika jamaah mengeluarkan dompet, penjahat tersebut mengambil paksa dompet tersebut dan melarikannya .

Pihaknya mengimbau petugas kelompok terbang, terutama kepala rombongan dan kepala regu untuk lebih aktif mengawasi gerak-gerik jamaah. Mereka adalah ujung tombak perlindungan jamaah di pusat keramaian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement